Wednesday, March 1, 2017

Cinta Bernoda Darah 02 - Mini Serial #31

Cinta Bernoda Darah 02 #31
Cerita Silat Kho Ping Hoo: Cinta Bernoda Darah 02 - Mini Serial #31
=========================================
Bersama Bu Sin yang menjadi tawanan dan kekasihnya, yang menuruti
segala kehendaknya seperti patung hidup, Siang-mou Sin-ni pergi ke selatan. Ia
hendak mengunjungi Nan-cao negeri di selatan yang mengadakan persekutuan
dengan Hou-han. Biarpun Siang-mou Sin-ni seorang tokoh dunia hitam, namun
bagi Kerajaan Hou-han yang kecil itu ia merupakan seorang tokoh yang
patriotik dan ia bekerja untuk kerajaan ini. 

Oleh karena itu, tentang persekutuan
dengan Kerajaan Nan-cao, Siang-mou Sin-ni sudah mendapat wewenang dan
20
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
tugas untuk mengurusnya, dan kini ia pergi mengunjungi, selain untuk tugas ini,
juga untuk menghadiri perayaan yang diadakan di Nan-cao berhubung dengan
peringatan seribu hari wafatnya kauw-cu dari Beng-kauw yang mempunyai
kedudukan tinggi di Kerajaan Nan-cao, juga bertepatan dengan hari ulang tahun
berdirinya perkumpulan Agama Beng-kauw.
Siang-mou Sin-ni di dunia persilatan terkenal sebagai seorang di antara
keenam iblis Thian-te Liok-koai, akan tetapi di negerinya sendiri, yaitu daerah
Kerajaan Hou-han, orang akan menjadi terheran-heran melihat ia dihormati
semua orang, juga ditakuti dan ia keluar masuk istana seperti keluar masuk
rumahnya sendiri saja” Dia merupakan seorang tokoh yang selain keji dan
kejam, juga amat luar biasa anehnya, penuh diliputi rahasia dan kepandaiannya
luar biasa hebatnya. Inilah yang membuat dia menjadi seorang di antara keenam
Liok-koai (Enam Iblis), sifat-sifat yang harus dimiliki seorang tokoh untuk
disebut iblis dunia. Banyak orang jahat, akan tetapi ia tidak sakti dan tidak luar
biasa anehnya, maka ia tidak bisa disamakan dengan Thian-te Liok-koai.
Keenam orang tokoh ini disebut Iblis Dunia karena memang mereka terlalu amat
jahat, kejam dan tinggi ilmunya.
Alangkah buruk nasib Bu Sin, terjatuh ke dalam cengkeraman seorang iblis
betina seperti Siang-mou Sin-ni. Agaknya akan lebih baik kalau ia dibunuh,
karena nasib yang menimpa dirinya memang lebih hebat daripada kematian. Ia
menjadi seorang manusia yang kehilangan segala-galanya. Bu Sin sama sekali
tidak ingat lagi akan diri sendiri, juga ia tidak tahu ke mana ia dibawa pergi oleh
Siang-mou Sin-ni. Satu-satunya yang ia ketahui adalah bahwa ia harus taat
kepada segala kehendak Siang-mou Sin-ni”
Nan-cao adalah sebuah negeri kecil, atau lebih tepat lagi sebuah kerajaan
kecil yang berada di daerah Yu-nan. Di antara kerajaan-kerajaan di daerah
selatan dan barat, Kerajaan Nan-cao yang kecil ini terhitung kerajaan yang
paling kuat dan paling gigih menentang dan tidak mau tunduk kepada Kerajaan
Sung. Lain-lain kerajaan seperti Kerajaan Nan-ping di Hu-pei dan Kerajaan Su
di Se-cuan, suka mengakui Kerajaan Sung dan pemimpin mereka oleh Kaisar
Sung malah diganjar pangkat dan kedudukan. Akan tetapi Nan-cao tidak
mengakui kedaulatan Kaisar Sung.
Yang memperkuat kedudukan Kerajaan Nan-cao sesungguhnya adalah
Agama Beng-kauw. Agama ini dipimpin oleh orang-orang sakti dan karena
21
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
kaisarnya sendiri juga termasuk pemeluk Agama Beng-kauw, maka boleh
dibilang para pemimpin agama ini adalah keluarga raja di istana.
Apakah sebetulnya yang disebut Agama Beng-kauw? Mari kita mengenalnya
dari catatan sejarah, Beng-kauw yang berarti Agama Terang aselinya disebut
Manicheism, yaitu menurut nama penemunya yang bernama MANI. Mani
seorang berbangsa Persia (Iran), putera seorang bangsawan. Pada hahekatnya,
Agama Manicheism atau Beng-kauw ini merupakan perkawinan antara Agama
Kristen dan Agama Zoroastrianism yang dianut oleh sebagian besar bangsa
Persia. Agama ini mendasarkan filsafatnya pada filsafat kuno tentang Im Yang
(Positive & Negative). Menurut ajaran agama ini, segala kejahatan lahir
daripada kegelapan yang merupakan sebuah Kerajaan Gelap yang dirajai setan.
Oleh karena inilah, Mani menamakan diri sendiri sebagai Duta Terang, dan ini
pula yang menyebabkan mengapa agama ini disebut Agama Terang atau Bengkauw.
Segala macam kotoran harus dibersihkan, segala macam kegelapan harus
dikalahkan dan diusir oleh Terang.
Agaknya karena banyak orang berilmu tinggi dan memiliki kesaktian
mendukung lahirnya agama ini, maka sebertar saja Beng-kauw menjadi sebuah
agama yang besar dan dianut manusia secara luas. Seperti juga dengan agamaagama
lain, Agama Beng-kauw tersebar luas setelah penemunya, Mani
meninggal dunia (dihukum mati pada tahun 274 Masehi). Agama ini meluas
sampai jauh ke barat menurut catatan sampai ke Perancis dan pada tahun 694
Masehi mulailah agama ini masuk ke Tiongkok yang oleh para penganutnya lalu
disebut Beng-kauw (Agama Terang). Dua abad lebih kemudian, biarpun di
Tiongkok Agama Beng-kauw sudah amat menurun pengaruhnya, namun masih
berpusat dan bersisa di selatan, di negara Nan-cao.
Puluhan tahun, ketua Beng-kauw adalah seorang tokoh yang amat terkenal
akan kesaktiannya, bernama Liu Gan yang berjuluk Pat-jiu Sin-ong (Raja Sakti
Tangan Delapan). Hebat kepandaian ketua Beng-kauw ini dan orang-orang,
terutama para pemeluk agama itu, percaya bahwa tokoh ini adalah seorang yang
tidak bisa mati” Usianya pun katanya lebih dari seratus lima puluh tahun.
Agaknya hal ke dua ini mungkin sekali karena semua tokoh kang-ouw yang
paling tua tidak ada yang tidak mendengar nama besarnya yang berarti bahwa
Pat-jiu Sin-ong ini sudah amat lama tersohor di dunia kang-ouw. Akan tetapi
agaknya tidak benarlah desas-desus yang mengatakan bahwa ia tidak bisa mati
22
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
karena buktinya bulan depan ini di sana akan diadakan sembahyangan untuk
memperingati dan menghormat seribu hari wafatnya Pat-jiu Sin-ong”
Pernah disebut dalam cerita ini bahwa Pat-jiu Sin-ong Liu Gan mempunyai
seorang puteri bernama Liu Lu Sian yang berjuluk Tok-siauw-kui (Iblis Cilik
Berbisa)” Tiga puluh tahun yang lalu, Liu Lu Sian merupakan seorang tokoh
besar pula di dunia kang-ouw, amat tersohor karena kecantikannya yang seperti
bidadari, kecantikan yang aneh dan asing karena darahnya adalah darah
campuran antara Tiongkok dan Persia, matanya agak kebiruan, kulitnya yang
putih agak kemerah-merahan. Tidak hanya kecantikannya yang luar biasa itu
saja yang membuat ia terkenal, akan tetapi juga kepandaiannya yang tinggi,
yang ia warisi dari ayahnya dan terutama sekah ia tersohor karena
keganasannya. Inilah agaknya yang membuat ia dihadiahi julukan Setan Cilik
Berbisa”
Seperti banyak sekali wanita di waktu itu, Liu Lu Sian juga tergila-gila
kepada jenderal muda Kam Si Ek yang terkenal tampan dan gagah perkasa.
Sebaliknya, Jenderal Kam juga jatuh hati terhadap puteri ketua Beng-kauw ini.
Sungguhpun Jenderal Kam cukup sadar akan keadaan gadis ini yang terkenal
ganas dan merupakan seorang tokoh yang bernama buruk, namun cinta selalu
mengalahkan perasaan dan kesadaran hati manusia muda. Ia menikah dengan
Liu Lu Sian, hal yang amat menggemparkan dunia kang-ouw di waktu itu.
Perkawinan ini mendatangkan seorang putera, yaitu Kam Bu Song. Sayang
sekali, mungkin karena perbedaan watak, pernikahan itu tak dapat dipertahankan
terlalu lama dan jiwa petualang Liu Lu Sian tak dapat dikekang lagi. Akhirnya,
wanita ini pergi meninggalkan suaminya setelah mereka bercekcok. Bu Song
yang ditinggalkan ibunya itu baru berusia empat tahun dan selanjutnya telah kita
ketahui bahwa anak ini pun akhirnya meninggalkan ayahnya, agaknya darah
ibunya mengalir di tubuhnya mewariskan jiwa petualang yang besar.
Pengganti Pat-jiu Sin-ong Liu Gan yang telah wafat adalah adiknya sendiri,
bernama Liu Mo yang usianya juga sudah amat tua, sukar diketahui berapa usia
ketua baru ini. Tubuhnya sama dengan kakaknya, tinggi besar dengan kulit
hitam dan mata agak biru. Ia pendiam, namun kabarnya juga amat sakti. Bengkauwcu
Liu Mo ini tidak mempunyai julukan yang menyeramkan, namun
seperti juga kakaknya, ia mempunyai pengaruh yang amat besar di negara Nancao
dan menjabat kedudukan sebagai koksu (guru/penasehat kerajaan) yang
agaknya menentukan keputusan yang diambil oleh raja. Seperti juga mendiang
23
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
kakaknya, biarpun dia sendiri sudah tua dan usianya tak ada yang mengetahui
berapa, namun ia masih kuat dan mempunyai empat orang isteri muda-muda dan
cantik” Akan tetapi, hanya seorang saja di antara isterinya itu yang mempunyai
anak, seorang anak perempuan yang pada saat itu sudah berusia dewasa,
sedikitnya sembilan belas tahun. Gadis remaja ini diberi nama Liu Hwee.
Demikianlah sedikit tentang keadaan negara Nan-cao dan Agama Beng-kauw
yang selain berpengaruh besar di sana, juga agaknya yang membuat negara ini
angkuh dan biarpun kecil merupakan negara yang kuat juga. Para penghuni
istana, dari raja sampai para pengawal semua merupakan pemeluk dan penganut
Agama Beng-kauw yang setia.
Pada waktu itu, semua penghuni Kerajaan Nan-cao sibuk dengan persiapan
mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan tujuh abad lahirnya Bengkauw,
juga untuk memperingati seribu hari wafatnya mendiang Pat-jiu Sin-ong
Liu Gan. Semua orang bergembira, kota raja dihias indah dan di dekat istana
dibangun ruangan besar untuk menyambut para tamu agung yang pasti akan
memenuhi tempat itu. Seperti biasa di waktu menghadapi perayaan besar, para
pimpinan Beng-kauw dan keluarga raja bekerja sama karena sebetulnya para
pimpinan Beng-kauw adalah keluarga raja juga. Malah kedua orang saudara Liu
yang berturut-turut menjadi ketua Beng-kauw adalah paman dari Raja Nan-cao.
Akan tetapi, seperti telah terjadi belasan tahun sampai saat itu, keluarga
bangsawan ini dalam kegembiraan persiapan pesta, merasa kecewa kalau
teringat akan Tok-siauw-kui Liu Lu Sian yang belum pernah pulang ke Nan-cao.
Bahkan semenjak wanita ini meninggalkan suaminya, Jenderal Kam, ia tak
pernah muncul lagi, dan tak seorang pun tahu di mana adanya Tok-siauw-kui
Liu Lu Sian, tak tahu pula apakah ia masih hidup.
Kita tinggalkan dulu Kerajaan Nan-cao yang sedang sibuk membuat
persiapan untuk menyambut datangnya para tamu dari empat penjuru untuk
menghadiri perayaan kerajaan dan Agama Beng-kauw. Perlu kita kembali dan
ikuti pengalaman Lin Lin agar jalan cerita menjadi lancar.
Dengan hati ngeri, Lin Lin merasa betapa tubuhnya terjeblos dan melayang
ke bawah, ke dalam gedung perpustakaan yang amat gelap itu. Cepat ia
mengerahkan gin-kangnya, akan tetapi karena ia tidak tahu betapa tingginya
tempat itu, tetap saja ia berada dalam ancaman bahaya terbanting keras. Akan
tetapi tiba-tiba ada tenaga yang mendorongnya dari bawah, mengurangi
kecepatan tubuhnya yang meluncur ke bawah bahkan kemudian tenaga yang
24
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
sama pula mendorongnya sedemikian rupa sehingga ia tahu-tahu telah berdiri di
atas lantai yang halus licin” Lin Lin membuka matanya yang tadi ia tutup saking
ngeri.
Kiranya ia berada di ruangan yang amat lebar dan di balik tikungan ada sinar
penerangan menyorot sehingga ruangan itu menjadi remang-remang. Di
depannya berdiri seseorang, entah laki-laki entah wanita karena hanya tampak
bayangannya yang hitam.
Bayangan itu mengeluarkan seruan kaget dan heran, kemudian melangkah
maju, berbisik dengan suara menggetar,
“Aaahhhhh.. kaukah ini..? Kau datang menyusulku..? Dan tikus-tikus itu
berani mengganggumu..? Jangan takut, Kanda akan melindungimu.. ah, betapa
rinduku kepadamu..”
Saking bingung dan herannya Lin Lin sampai tak dapat berkutik ketika tibatiba
bayangan itu merangkul dan memeluknya. Baru setelah bayangan itu
menciumnya, yang membuat ia merasa seakan-akan lantai yang diinjaknya
amblong ke bawah dan membuat matanya melihat ribuan bintang berjoget di
depannya, ia meronta dan tangannya melayang ke depan.
“Plak-plak” kedua telapak tangan Lin Lin bertemu dengan pipi yang keras.
“Kurang ajar kau.. monyet celeng keparat kau” Kubunuh kau, binatang
kurang ajar” Berani kau me.. me..” Seperti hiu betina mencium darah, Lin Lin
menerjang maju, memukul mencakar menendang”
Semua pukulan dan tendangannya tepat mengenai sasaran seperti
tamparannya tadi. Bayangan itu sama sekali tidak mengelak, akan tetapi sedikit
pun tidak tampak bahwa pukulan dan tendangan itu terasa olehnya. Hanya
terdengar ia menggumam.
“Ah, celaka.. aku sudah gila.. maaf Nona..”
Lin Lin penasaran setengah mati. Pukulan dan tendangannya tadi bukan
main-main akan tetapi mengapa yang dipukul dan ditendang tidak apa-apa,
sebaliknya malah telapak tangannya panas-panas dan gares (tulang kering)
kakinya linu dan seperti mau patah-patah? Ia marah sekali, kini mengerahkan
tenaga sakti Khong-in-ban-kin dan menyerang lagi. Kalau tadi ia tidak
mengeluarkan tenaga ini adalah karena ia masih belum begitu marah, hanya
terlalu kaget saja. Sekarang kemarahannya memuncak. Biarpun, andaikata,
orang ini telah menolongnya tidak terbanting jatuh, akan tetapi dosanya terlalu
25
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
besar. Dosa tak berampun. Memeluk dan menciumnya, kemudian menerima
pukulan tendangan dan tamparan tanpa merasakan sakit sedikit pun juga.
“Uhhh, apa ini? Dari mana kau dapatkan ini?” Bayangan itu agaknya terkejut
menghadapi jurus lihai dan tenaga sakti itu, cepat ia mengelak dan sekali
melompat ia telah lenyap di tikungan depan. Lin Lin mengejar, matanya silau
karena kini ia berada di sebuah ruangan yang terang sekali, diterangi lampu
besar yang tergantung di setiap ujung dan di tengah-tengah ruangan. Dinding
tertutup lemari yang penuh dengan buku. Dan di tengah-tengah ruangan, di
bawah lampu berdirilah seorang laki-laki tampan berjubah hitam dengan gambar
suling di depan dada.
Sejenak kedua orang itu berdiri terpaku, saling pandang. Wajah laki-laki itu
penuh ketegangan, matanya tak berkedip menatap wajah Lin Lin. Sukar
menduga apa yang berada di balik sinar mata itu. Ada kagum, ada gembira, tapi
juga kecewa, duka, dan terharu. Di lain pihak, Lin Lin merasa seakan-akan
sudah terlalu sering ia melihat wajah seperti ini. Di alam mimpi. Ya, di dalam
mimpi yang menjadi rahasia hatinya. Wajah ini” Ia tahu bahwa orang ini
tentulah Suling Emas, dan tahu pula bahwa selama hidupnya, baru kali ini ia
bertemu muka. Akan tetapi wajah ini.. dan tadi ia diciumnya. Mendadak
wajahnya menjadi merah dan terasa panas, matanya mengembang air mata,
jantungnya berdenyar-denyar seakan-akan hendak meledak, dadanya bergelora
dan.. kedua kakinya gemetar.
“Kau..? Kau tentu Suling Emas..” Biarpun kau Suling Emas, suling bambu
maupun suling bobrok, aku tidak takut. Kau harus mampus” Lin Lin sudah
mencelat ke depan, menerjang dengan pukulan-pukulan dahsyat dari jurus Ilmu
Silat Khong-in-liu-san”
“Eh, eh, nanti dulu.. salah faham.. salah duga, maafkan. Kita bicara.”
“Bicara apa?” Lin Lin makin “menyala” karena pukulan-pukulannya bertubitubi
itu hanya mengenai angin belaka, agaknya amat mudah Suling Emas
mengelak,
“Kau.. kau kurang ajar..” Suling Emas kembali mengelak.
“Aku salah mengenal orang.. tentu saja kau jauh lebih muda. Kau masih
kanak-kanak, tapi. tapi.. wah hebat. Dari mana kau mendapatkan jurus-jurus
sehebat ini?” Makin cepat Lin Lin menyerang, makin cepat pula Suling Emas
mengelak, sambil memuji-muji jurus yang dimainkan Lin Lin. Dara ini sendiri
26
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
merasa terheran-heran akan perasaan hatinya. Ia merasa bangga sekali akan
pujian-pujian itu, akan tetapi di samping kebanggaan ini, ia juga gemas dan
mendongkol. Jurus-jurusnya dipuji lihai, akan tetapi tidak sekalipun mengenai
sasaran”
“Huh, kalau pedangku berada di tangan, jangan harap kau bisa enak-enakan
menyelamatkan diri, sayang terampas pengawal curang” katanya sambil
menyerang lagi.
“Inikah pedangmu?”
Suling Emas tiba-tiba mengeluarkan sebatang pedang dari balik jubahnya,
dipegang dengan terbalik sehingga gagangnya disodorkan kepada Lin Lin. Dara
ini memandang dan terkejut bukan kepalang. Memang pedang itu adalah
pedangnya yang tadi terampas pengawal kurus”
“Eh, betul bagaimana bisa berada padamu?” Suling Emas berkilat pandang
matanya.
“Bukan soal, coba pergunakan pedangmu” Kata-kata ini merupakan perintah
sehingga kalau menuruti wataknya, Lin Lin tentu tak sudi menurut. Akan tetapi
ia sudah terlalu mendongkol dan ingin ia memperlihatkan kelihaiannya. Cepat
tangannya merenggut, karena ia mengira bahwa Suling Emas akan
mempermainkannya dan pura-pura saja mengembalikan pedang. Hampir ia
terjengkang ke belakang, karena kiranya pedang itu sama sekaii tidak
dipertahankan oleh Suling Emas sehingga ketika ia mencabut sekuat tenaga, ia
terdorong oleh tenaga tarikannya sendiri.
“Lihat pedang” teriaknya, lebih mendongkol dan marah lagi karena hampir
terjengkang. Sinar kuning berkelebat dan bergulung-gulung merupakan
gelombang lingkaran yang menerjang diri Suling Emas.
“Bagus”
Suling Emas berkelebat lenyap dan berubah menjadi bayangan yang selalu
luput daripada bacokan maupun tusukan pedang.
“Wah, jadi kau yang mencuri Pedang Besi Kuning? Hemmm, tentu dengan
Kim-lun Seng-jin. Heiiiii, ilmu pedang ini, apakah kau bukan murid Kim-lun
Seng-jin?”
Makin marahlah Lin Lin, karena biarpun ia sudah berpedang, mana mungkin
ia dapat merobohkan bayangan? Manusia ini tulenkah atau setan?
27
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Aku bukan murid Si Gundul Pacul” Hayo kaukeluarkan kepandaianmu,
hayo kaupergunakan pedangmu, kita bertanding selaksa jurus sampai salah
seorang menggeletak mandi darahnya sendiri” tantangnya.
Akan tetapi tiba-tiba Suling Emas menarik napas panjang dan seketika
wajahnya berubah, muram dan tak acuh. Tadi ia bersikap gembira dan matanya
bersinar-sinar, wajahnya berseri-seri. Agaknya sekarang ia teringat akan
keadaannya yang “tidak wajar” itu, dan kembalilah ia pada sikapnya seperti
yang sudah-sudah, murung dan dingin. Ia membalikkan tubuh, menghampiri
meja dan duduk menghadapi kitab yang sudah sejak tadi terbuka di atas meja
itu. Sama sekali ia tidak mau mempedulikan lagi kepada Lin Lin.
“Heeiiiii, hayo bangkit. Kita bertanding” Lin Lin membentak. Akan tetapi
Suling Emas seakan-akan tidak mendengar bentakannya dan terus saja membaca
kitab. Bibirnya komat-kamit dan tampaknya asyik benar.
“Tak sempat dan tiada nafsu bertanding..” tiba-tiba Suling Emas berkata lirih
dan mulutnya komat-kamit lagi membaca kitabnya.
“Monyet, celeng, kadal, bunglon, tikus..” Lin Lin menyebut semua binatang
yang dianggapnya paling menjijikkan, dilontarkannya semua nama binatang itu
kepada Suling Emas untuk memancing perhatian dan kemarahannya.
“Kau bunuh Ayahku, hayo kita bikin perhitungan sampai lunas”
Tanpa menoleh Suling Emas berkata lagi,
“Sialan, semua orang bilang aku membunuh Ayahnya. Kalau benar begitu,
tentu Ayahmu patut dibunuh.”
“Apa kau bilang? Berani kau memaki Ayahku? Hayo bangun, lawan aku”
Lin Lin mengayun-ayun pedangnya di belakang leher Suling Emas. Akan tetapi
yang diancam tak bergerak dan Lin Lin bukanlah seorang yang sudi menyerang
orang yang tak melawan.
“Kau bocah kecil, banyak bertingkah, pergilah jangan ganggu orang baca”
biarpun kata-katanya mulai ketus, tapi Suling Emas tetap duduk menghadapi
kitab dan sama sekali tidak mau menoleh.
“Iblis, setan, siluman..” Lin Lin memaki-maki, kini menyebut nama semua
golongan setan dan jin, “Hadapi aku” Aku mau bicara denganmu”
Akan tetapi Suling Emas tetap diam saja, melirik pun tidak, Lin Lin makin
marah dan jengkel mencak-mencak dan membanting-banting kaki dengan
pengerahan tenaga Khong-in-banĂ¯•“kin sehingga lantai menjadi bolong-bolong
28
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
dihantam kakinya yang kecil seperti digali dengan linggis saja. Kemudian ia
melompat ke depan Suling Emas di seberang meja. Namun laki-laki itu tetap
duduk menunduk, membenamkan matanya pada kitab. Lin Lin menggebrak
meja, namun sia-sia.
“Betul kata Enci Sian Eng, kau seperti patung, kau aneh dan tidak pedulian.
Akan tetapi aku tidak mau kau perlakukan seperti Enci Sian Eng. Kau harus
bangkit dan melawanku”
Sambil berkata demikian, Lin Lin melompat naik ke atas meja itu dan
membanting-banting kaki sehingga meja itu berloncatan. Tentu saja kitab di
depan Suling Emas juga ikut berloncatan sehingga tak mungkin lagi membaca”
Akan tetapi, bukan ini yang menyebabkan Suling Emas kini bangkit dan
memandang heran, melainkan kata-kata Lin Lin.
“Apa kau bilang? Enci Sian Eng? Kau adiknya? Jadi kau.. kau ini.. ah, ingat
aku sekarang. Kau yang berada di pintu gerbang, kau bersama murid Gan-lopek.
Ah, kau Lin Lin”
Lin Lin merenggut dan melompat turun dari meja, pedangnya masih
dipegang erat-erat.
“Enaknya menyebut nama orang. Lan Lan Lin Lin, memangnya aku ini
apamu? Huh, laki-laki kurang ajar, penghina kaum wanita. Memangnya aku ini
apamu.. berani.. berani mencium..”
Muka Lin Lin menjadi merah sekali dan ia tidak berani mengangkat muka”
“Hemmm, maafkan, aku tidak sengaja. Tapi.. ah, hal itu tidak apa, tak usah
kau sebut-sebut lagi. Percayalah, aku menyesal sekali..”
Tiba-tiba Lin Lin mengangkat muka, mereka berpandangan dan.. Lin Lin
menangis. Aneh memang” Tak biasa gadis ini menangis. Dia bukan tergolong
cengeng, tapi kali ini mengapa air matanya terus saja membanjir tak dapat
dibendung?
“Lin.. eh, Nona Lin Lin, tentu kau sudah mendengar dari encimu bahwa aku
bukanlah pembunuh Ayahmu. Mengapa kau datang ke sini? Memasuki istana
bukanlah hal mudah dan bagaimana kau bisa tahu bahwa aku berada di gedung
perpustakaan?”
“Aku.. aku tahu kau bukan pembunuh Ayah. Aku mendengar percakapan
Suma Boan bahwa biasanya kau di sini. Aku.. aku mencarimu hanya untuk
bertanya di mana adanya Kakak Kam Bu Song. Kau tentu tahu karena kau bisa
29
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
bilang kepada Enci Sian Eng bahwa Kakak Bu Song sudah meninggal dunia.
Bagaimana matinya dan di mana kuburnya? Akan tetapi.. sekarang aku tidak
perlu tanya-tanya lagi dan persoalan sekarang hanya bahwa kau harus melawan
aku sampai mati untuk menebus dosamu.”
“Dosa..?”
“Tadi itu..”
“Eh..? Oh, itu..? Dengar, Lin.. eh, Nona Cilik. Kau masih kanak-kanak, dan
aku sudah tua. Ciuman tadi tidak kusengaja, dan aku sudah amat menyesal.
Maafkanlah dan anggap saja ciuman itu dari seorang paman atau kakak terhadap
adiknya. Bagaimana?”
Seperti seorang anak kecil manja Lin Lin membanting kaki dan menggelenggeleng
kepalanya dengan keras.
“Tidak bisa” Mana ada aturan begitu? Masa seorang paman atau kakak
mencium.. di sini..?” Ia menuding bibirnya.
Suling Emas menjadi merah mukanya dan ia kewalahan betul menghadapi
dara yang keras hati, keras kepala dan keras kemauan, pendeknya keras segalagalanya
dan serba nekat ini,
“Habis, bagaimana? Tak mungkin kutarik kembali..?”
“Tarik kembali hidungmu” Lin Lin memaki-maki. Suling Emas memandang
dengan mata terbelalak dan otomatis ia meraba-raba hidungnya yang
disinggung-singgung oleh dara nakal itu.
“Satu-satunya cara menebus dosa hanya mencabut pedang dan mari lawan
aku sampai mampus seorang diantara kita” Penghinaan yang memalukan ini
harus ditebus dengan nyawa”
Suling Emas merasa bohwat (kehabisan akal) benar-benar.
“Masa begitu saja dianggap penghinaan yang memalukan? Mana bisa
menghina karena tidak sengaja? Dan bagaimana bisa disebut memalukan, kan
tidak ada yang lihat? Nona Cilik, sekali lagi aku minta maaf dan untuk menebus

dosa, aku sanggup melakukan apa saja asal jangan.. bertanding sampai mati.”
Bersambung...

No comments:

Post a Comment