Wednesday, May 12, 2010

Kisah Pendekar Bongkok 02

Sie Liong menahan debaran jantungnya. Koay Tojin? Kakek yang seperti gila namun yang amat sakti itu? Koay Tojin adalah sute dari Pek-sim Sian-su, gurunya sendiri”
“Kapan ia pulang, enci?” tanyanya, hatinya masih berdebar girang.
“Entah, menurut janjinya dahulu ketika pamit, agaknya sewaktu-waktu ia akan pulang.”
“Enci yang baik, engkau kelihatan begini lesu, kurus dan sengsara. Juga aku melihat perubahan dalam rumah ini. Enci, apakah cihu gagal dalam usahanya dan menderita rugi? Apakah engkau sakit, enci?”
Ditanya demikian, Sie Lan Hong tiba-tiba menutupi muka dengan kedua tangannya dan menangis sesenggukan. Sedih sekali. Sie Liong terkejut. Dia mendiamkan saja encinya menangis tersedu-sedu. Setelah tangis itu mereda, Sie Liong memegang tangan encinya, digenggamnya tangan itu.
“Enci, engkau hanya mempunyai aku sebagai keluargamu. Percayalah kepadaku dan ceritakan semuanya. Siapa tahu aku akan dapat meringankan beban penderitaan batinmu, enci.”

Download selengkapnya!

Saturday, May 8, 2010

Kisah Pendekar Bongkok 01

SIE Kauwsu (Guru Silat Sie) membaca surat itu dengan kedua tangan agak gemetar dan mukanya berubah pucat. Karena senja hari telah tiba dan cuaca tidak begitu terang lagi, dia lalu menyalakan sebuah lampu meja, kemudian dibacanya sekali lagi surat itu. Sehelai kertas yang bertuliskan beberapa buruf dengan tinta merah.
Sie Kian, akhirnya aku dapat menemukan engkau” Sebelum malam ini habis, seluruh keluargamu dan segala mahluk yang hidup di dekat rumahmu, akan kubunuh semua”
Demikianlah bunyi surat itu. Tanpa nama penulisnya. Akan tetapi, Sie kauwsu atau Sie Kian tahu benar siapa penulisnya. Tadi dia menemukan surat itu pada daun pintu belakang rumahnya, tertancap pada daun pintu dengan sebatang piauw (senjata rahasia) beronce merah. Dia mengenal benar piauw itu. Lima tahun yang lalu, dia pernah terluka pada pundaknya oleh piauw seperti itu. Dia tahu benar siapa pemilik piawsu, siapa penulis surat.
Peristiwa itu terjadi lima tahun yang lalu. Ketika itu, dia melakukan perjalanan ke daerah Hok-kian untuk mengunjungi seorang sahabat lamanya. Juga dia ingin melancong, karena semenjak menjadi guru silat, dia tidak pernah sempat melancong. Kini dia mempunyai seorang murid terpandai yang dapat mewakilinya mengajar para murid sehingga dia mempunyai kesempatan untuk pergi. Kepergiannya direncanakan selama satu bulan. Dia tidak dapat membawa anak isterinya, karena anaknya yang ke dua, baru lahir beberapa bulan yang lalu. Masih terlalu kecil untuk diajak pergi. Anaknya yang pertama, seorang anak perempuan yang sudah berusia lima belas tahun, juga tidak dapat diajak pergi karena harus membantu ibunya di rumah. Maka diapun pergi seorang diri ke timur..

Download selengkapnya!

Wednesday, May 5, 2010

Istana Pulau Es 04

Hati Siauw Bwee dan Coa Leng Bu menjadi lega ketika mereka meloncat ke darat. Untung bahwa malam itu gelap dan agaknya panglima wanita musuh yang lihai itu menjadi ragu-ragu setelah menyaksikan kelihaian Siauw Bwee, maka tidak mengejar lagi. Dan memang dugaan Siauw Bwee betul. Ok Yan Hwa adalah seorang wanita gagah perkasa yang berilmu tinggi. Akan tetapi dia pun bukan seorang bodoh yang nekat. Ketika tadi bergebrak dengan Siauw Bwee, hatinya penuh keheranan karena dia tahu bahwa tenaga sin-kangnya jauh di bawah wanita muda itu. Apalagi ketika menghadapi pukulan dorongan tangan kiri Siauw Bwee, Yan Hwa benar-benar kaget setengah mati, tidak pernah menyangka bahwa di samping Maya, masih ada lagi gadis muda yang lebih lihai daripada dia” Karena suhengnya tidak bersamanya, dan di antara pasukan tidak ada yang dapat diandalkan untuk membantu, maka di dalam kegelapan malam itu dia tidak berani nekat melakukan pengejaran seorang diri saja, apalagi dua orang yang melarikan diri itu selain lihai juga berada di luar kota. Baru menghadapi wanita itu saja, belum tentu dia akan menang, apalagi harus menghadapi dua orang lawan yang sakti. Dia tidak tahu bahwa sebatang di antara anak panahnya telah berhasil melukai pundak Coa Leng Bu, dan tentu saja dia pun tidak tahu bahwa kakek itu, yang menurut pendengaran para pasukan, adalah supek Si Nona Lihai, sebetulnya jauh kalah kalau dibandingkan dengan murid keponakannya....


Download selengkapnya!

Tuesday, May 4, 2010

Istana Pulau Es 03

Suma Kiat memandang selirnya yang muda, merangkulnya dan tertawa. “Ah, mengapa engkau pusingkan hal itu? Melawan sekelompok anjing Mancu yang sudah kita pukul mundur, apa bahayanya? Biarkan mereka mengira bahwa kita lengah, dan biarkan mereka malam ini menyerbu untuk menemukan maut, seperti sekumpulan nyamuk menerjang api, ha-ha-ha” Ci Goat, engkau semakin manis saja. Ia memeluk dan menciumi lagi, dan kini Ci Goat tidak menolak, bahkan membalas dengan belaian yang dapat memabokkan jenderal tua itu.
Akan tetapi, sepasang alis wanita itu agak mengerut, dan dia tidak melayani pencurahan kasih sayang suaminya dengan sepenuh hati, karena hanya tubuhnya saja yang melayani, akan tetapi hati dan pikirannya penuh kecewa dan terbayanglah wajah tampan seorang perwira muda yang sebetulnya selama ini telah direncanakan untuk menjadi temannya melewatkan malam dingin. Memang, di samping kecerdikan Suma Kiat sebagai seorang panglima perang, dia memiliki kelemahan, dan menghadapi selir mudanya ini, dia seolah-olah buta tidak melihat kenyataan betapa selirnya ini hanya berpura-pura saja puas mempunyai suami yang jauh lebih tua akan tetapi sebenarnya, secara diam-diam dia cerdik, setiap ada kesempatan, Bu Ci Goat selalu mencari teman bersenang-senang melewatkan malam dengan perwira-perwira muda yang jauh lebih muda, tampan dan memuaskan daripada suaminya...

Download selengkapnya!

Monday, May 3, 2010

Istana Pulau Es 02

Pada saat itu, Kam Liong berteriak keras karena tiba-tiba sebatang tombak menusuk perutnya. Tusukan maut yang dilakukan tepat sekali oleh seorang panglima, menggunakan kesempatan selagi Menteri Kam Liong menengok dan terkejut, bukan hanya menyaksikan muridnya yang terpanah lehernya, juga menyaksikan munculnya kakek tua renta yang amat aneh itu.
“Ayahhhh....” Khu Siauw Bwee menjerit melepaskan tangan Si Kakek dan lari masuk menubruk ayahnya yang sudah terjungkal sehingga tubuh Han Ki juga terlempar ke atas tanah.
“Pek-hu....” Maya menjerit ketika melihat Kam Liong terhuyung ke belakang dengan sebatang tombak menancap di perut hampir menembus punggung.
Akan, tetapi guru dan murid yang gagah perkasa itu tak dapat bertahan lama. Setelah melihat Maya dah Siauw Bwee, keduanya memandang dengan wajah berseri, kemudian hampir berbareng, guru dan murid ini menghembuskan napas terakhir, ditangisi oleh dua orang anak perempuan itu. Para panglima dan pengawal yang tadinya terbelalak dan terheran-heran menyaksikan munculnya kakek tua renta itu, kini sadar kembali dan mereka cepat bergerak maju hendak menyerang...

Download selengkapnya!

Sunday, May 2, 2010

Istana Pulau Es 01

Kebiasaan lama (tradisi) yang dilanggar akan menimbulkan kutuk dan malapetaka bagi si pelanggar, demikian pendapat kuno. Padahal hakekatnya, semua itu tergantung daripada kepercayaan. Bagi yang percaya mungkin saja pelanggaran akan dihubungkan dengan sebab terjadinya suatu halangan. Sebaliknya bagi yang tidak percaya, juga tidak apa-apa dan andaikata terjadi suatu halangan, hal ini dianggap terpisah dan tidak ada hubungannya dengan pelanggaran tradisi.
Betapapun juga, apa yang terjadi di Khitan, yang menimpa Kerajaan Khitan oleh semua rakyatnya dianggap sebagai kutuk para dewata oleh karena dosa besar yang telah dilakukan oleh Sang Ratu mereka” Kerajaan Khitan mengalami kemerosotan hebat sekali. Musim dingin amat lama dan hebat menimpa kerajaan ini, hasil buruan amat kurang, hasil cocok tanam buruk, penyakit menular, wabah yang aneh-aneh menimpa rakyat Khitan dan semua ini diperburuk dengan bentrokan-bentrokan, yang timbul di antara Para bangsawan sendiri yang memperebutkan kedudukan, di antara rakyat sendiri yang keadaannya amat miskin, dan perselisihan dengan suku bangsa lain karena memperebutkan air dengan daerah subur...

DOWNLOAD

Saturday, May 1, 2010

Cinta Bernoda Darah 04

Suma Boan memang seorang yang cerdik, akan tetapi juga hatinya kotor oleh syakwasangka dan penuh tipu muslihat. Ia mulai curiga. Tentu gadis ini mengkhianatinya, setelah mendapatkan ilmu lalu dimilikinya sendiri”
“Suma-koko.. hebatkah lukamu?” kembali Sian Eng bertanya sambil melanjutkan larinya, karena gadis ini merasa khawatir kalau-kalau ada yang mengejar mereka.
Suma Boan pura-pura mengeluh panjang, “Cukup hebat.. mengapa kau begitu lama baru muncul, Moi-moi? Dan bagaimana hasilnya, dapatkah kau menemukan kitab-kitab itu?”
“Dapat.. dapat.. jangan khawatir, Suma-koko. Aku membawa dua buah kitab untukmu.” Tiba-tiba gadis ini tertawa dan berdirilah bulu tengkuk Suma Boan. Suara ketawa ini tidak sewajarnya, pikirnya. Akan tetapi diam-diam ia girang bukan main.
“Mana kitab-kitab itu? Biarlah aku yang membawanya” katanya menahan suaranya agar tidak gemetar.
“Nanti saja, kita lari dulu, takut kalau-kalau dikejar musuh.”
“Katakan saja di mana, aku yang akan ambil.” tangan Suma Boan mulai meraba-raba.
Kembali Sian Eng tertawa geli, “Ihhh, jangan begitu. Kusimpan di balik.. baju dalam dan..” Tiba-tiba suaranya terhenti dan gadis itu roboh lemas. Kiranya Suma Boan telah menotoknya dengan tiba-tiba. Karena yang ditotok adalah tong-cu-hiat di belakang leher dan thian-hu-hiat, maka seketika Sian Eng roboh lemas dan tak dapat mengeluarkan suara lagi...

Download selengkapnya!