Tuesday, January 31, 2017

Cinta Bernoda Darah 01 - Mini Serial #26

Cinta Bernoda Darah #26
Cerita Silat Kho Ping Hoo: Cinta Bernoda Darah 01 - Mini Serial #26
=========================================
“Baiklah, aku pun akan tidur di sini, kau tidur di situ. Besok pagi-pagi
kita bangun melanjutkan perjalanan ke kota raja.”
“Nah, begitu baru adil namanya,” kata Lin Lin melihat pemuda itu
merebahkan diri telentang dekat api unggun. Ia pun lalu merebahkan
diri miring, membelakangi api unggun yang menyilaukan mata, berbantal
tangan. Melihat ini, Bok Liong lalu melempar bungkusan pakaiannya.

“Nih, pakailah untuk bantal, lumayan.”
Lin Lin tidak membantah, memberi hadiah senyum terima kasih lalu
meramkan matanya. Bok Liong tentu saja tidak mau tidur, maklum
bahwa kalau tertidur keduanya di tempat itu, akan berbahaya sekali.
Yang paling berbahaya adalah ular, karena ada beberapa macam ular
yang tidak takut akan api. Juga, kalau api unggun padam tidak ada yang
tahu. Ia tadi merebahkan diri hanya untuk memanaskan hati Lin Lin agar
nona itu mau tidur. Karena gadis itu rebah membelakanginya, dengan
leluasa ia dapat memandang belakang tubuh Lin Lin dan pikirannya
melamun jauh, mata dan bibirnya membayangkan gelora hati yang
penuh kasih dan rindu. Inilah yang menjauhkannya daripada
kewaspadaan. Ia tidak tahu bahwa belasan pasang mata sedang
mengintai dari tempat gelap”
Tiba-tiba, selagi Bok Liong melamun muluk-muluk, tampak sinar-sinar
kecil berwarna putih berkelebatan menyambar. Bok Liong, seorang
pendekar muda yang terlatih dan sudah banyak makan asam garamnya
pengalaman dunia kang-ouw, terkejut bukan main. Bukan sinar-sinar
putih yang menyambar ke arah dirinya yang ia kejutkan, melainkan sinar
yang menyambar ke arah diri Lin Lin yang sudah pulas” Tanpa berpikir
panjang lagi, semata-mata untuk melindungi diri gadis itu daripada
bahaya maut, ia membuang dirinya ke depan Lin Lin sambil
mengebutkan kedua lengan bajunya.
Cepat sekali gerakannya sehingga gerakan ini membuat beberapa
batang jarum halus yang tadinya menyambar ke arahnya, terbang lewat
dan menancap ke dalam dinding. Ia berhasil pula menyelamatkan Lin
221
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Lin, akan tetapi dua batang jarum tak berhasil dikebut runtuh dan
langsung menancap pada pangkal lengannya sebelah kiri.
“Twako.. ada apa..?” Lin Lin melompat bangun dan secepat kilat ia
melompat lagi mendahului Bok Liong. Sebagai seorang ahil silat tinggi,
begitu sadar daripada tidurnya Lin Lin sudah berada dalam keadaan siap
siaga dan sedetik ia mengira bahwa Bok Liong secara kurang ajar telah
mendekatinya. Selagi ia hendak memaki sambil mencabut pedangnya
tiba-tiba ia melihat Bok Liong merintih-rintih dan menggaruk-garuk
pangkal lengan kirinya.
Pada saat itu tampak sinar putih menyambar-nyambar pula.
Maklumlah Lin Lin bahwa mereka diserang oleh lawan dengan senjata
rahasia, maka cepat ia memutar pedangnya, melompat ke depan Bok
Liong dan sinar kuning pedangnya merupakan gulungan yang memukul
runtuh sinar-sinar putih bersambaran itu.
“Jangan gerak, cabut jarum gosokkan ini” tiba-tiba terdengar suara
dari jauh, hanya gemanya saja yang terdengar, akan tetapi tahu-tahu
ada sebuah benda kecil melayang jatuh dekat Bok Liong. Ternyata
benda itu adalah sebuah bungkusan kecil. Bok Liong tadinya merasa
gatal-gatal bukan main pada pangkal lengannya sehingga biarpun ia
tahu bahwa menggaruknya merupakan pantangan yang berbahaya,
namun ia tidak kuat menahan.
Mendengar suara itu ia terkejut, akan tetapi juga girang melihat
datangnya bungkusan. Apalagi melihat bahwa Lin Lin tidak terluka,
bahkan gadis ini sekarang berdiri melindunginya. Cepat ia merobek
bajunya pada lengan tangan, menggunakan penerangan api unggun
yang masih bernyala besar untuk mencabut keluar dua batang jarum
yang hampir amblas semua ke dalam daging. Bungkusan itu ia buka,
ternyata isinya bubuk berwarna kuning. Tanpa ragu-ragu lagi Bok Liong
menggosok-gosokkan bubuk kuning ini pada kedua luka kecil di pangkal
lengan kiri. Hebat” Seketika lenyap rasa gatal-gatal. Dengan kemarahan
meluap Bok Liong mencabut pedangnya, melompat berdiri di samping
Lin Lin dan berseru.
222
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Penjahat berhati binatang berwatak pengecut” Kalau memang ada
kepandaian, keluarlah dan mari kita bertempur secara orang gagah”
“Sudah lama kami berada di sini, buka matamu baik-baik, pemuda
sombong”
Bok Liong dan Lin Lin membalikkan tubuh. Kiranya penyerang gelap
itu telah berpindah tempat, kini berada di belakang mereka. Meremang
bulu tengkuk mereka memikirkan betapa bahayanya keadaan mereka
tadi. Kalau penyerang gelap ini menyerang dengan jarum-jarum halus
lagi dari belakang, bukankah amat berbahaya? Jarum-jarum itu demikian
halusnya sehingga tidak terdengar sambarannya. Hanya berkat sinar api
unggun maka jarum-jarum putih itu kelihatan berkelebat sehingga
mereka tadi dapat menyampok runtuh. Kiranya yang berada di situ
bukan hanya seorang saja, melainkan empat belas orang yang
kesemuanya berpakaian pengemis. Tahulah mereka bahwa hal ini tentu
ada hubungannya dengan tiga orang yang dirobohkan Lin Lin di gedung
Suma-kongcu.
“Hemmm, kiranya kalian adalah ahli-ahli pula dalam senjata rahasia.
Aku kagum dan mengaku kalah dalam hal ilmu senjata rahasia. Akan
tetapi, kami tantang kalian untuk menghadapi Barisan Macan Terbang
(Hui-houw-tin). Kalau tidak berani, lebih baik kalian menyerah untuk
kami tawan. Kalau kalian dapat menangkan Hui-houw-tin, barulah aku
Hui-houw-pangcu mengaku kalah.”
Diam-diam Bok Liong dan Lin Lin terkejut dan heran sekali.
Bagaimana pengemis tua ini bicara begitu aneh, menyatakan kagum dan
mengaku kalah dalam ilmu senjata rahasia? Padahal, mereka itu sama
sekali tidak melepaskan senjata, juga dalam menghadapi penyerangan
jarum-jarum tadi, biarpun Bok Liong berhasil menyampok runtuh dan Lin
Lin juga berhasil menggunakan pedang menggagalkan penyerangan ke
dua, namun Bok Liong telah terluka. Hal ini tentu saja sama sekali tak
boleh dianggap bahwa mereka berdua telah menang bertanding senjata
rahasia”
Tentu saja kedua orang ini tidak tahu bahwa di dalam gelap tadi,
setelah Lin Lin memutar pedang menyampok runtuh jarum-jarum itu,
223
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
masih beterbangan lagi jarum-jarum bertubi-tubi dan susul-menyusul
dengan cara berpindah-pindah dari pelbagai jurusan, sering kali dari
arah belakang kedua orang muda itu. Ini adalah akal Hui-houw-pangcu
yang menyerang mereka dari tempat gelap secara berpindah-pindah.
Akan tetapi, semua jarum-jarum yang menyambar dari tempat
tersembunyi itu runtuh semua bertemu dengan benda-benda kecil yang
melayang-layang dari segala jurusan dan ternyata bahwa yang
meruntuhkan jarum-jarum itu adalah daun-daunan, bunga dan buahbuahan
kecil yang secara aneh datang dari jurusan yang berlawanan
sehingga Hui-houw-pangcu tentu saja mengira bahwa benda-benda itu
dilepas oleh dua orang muda yang diserangnya” Akan tetapi, sudah
tentu Bok Liong dan Lin Lin tidak mau menyatakan keheranan ini.
Dengan marah mereka lalu melangkah maju menghadapi barisan
yang sudah tersusun di depan kuil kuno yang ruangan depannya terbuka
itu. Tiga belas orang pengemis dengan tongkat-tongkat baja di tangan,
telah memasang Barisan Harimau Terbang. Tiga orang sebagai kepala,
masing-masing dua orang sebagai sayap kanan kiri, empat orang
sebagai empat buah kaki dan dua orang sebagai ekor.
Bok Liong dan Lin Lin yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja
tidak merasa gentar.
“Saling membelakangi menghadapi mereka mencegah penyerangan
gelap dari belakang,” bisik Bok Liong. Lin Lin kagum dan segera menurut
nasihat ini karena memang itulah cara terbaik bagi mereka sehingga
dalam pengeroyokan mereka dapat mengerahkan seluruh perhatian ke
depan tanpa takut penyergapan gelap.
Akan tetapi, dugaan ini keliru dan terpaksa rencana Bok Liong ini tak
mungkin dipertahankan. Kiranya tiga belas orang itu sama sekali tidak
mengurung mereka sebagaimana biasanya barisan kalau mengepung
lawan yang sedikit jumlahnya. Mereka itu langsung menerjang dari
depan dengan teratur seperti gerakan seekor harimau terbang sehingga
ketika mereka menerjang maju, hanya Lin Lin yang dihujani serangan
sedangkan Bok Liong tidak menghadapi seorang pun lawan.
224
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Lin Lin tidak gentar dan cepat memutar Pedang Besi Kuning di
tangannya, akan tetapi ia kaget sekali karena senjata tongkat lawan
yang terbuat dari baja tulen itu datangnya susul-menyusul dengan
teratur, sehingga ia sama sekali tidak sempat melakukan serangan
balasan karena repot melayani datangnya bayangan tongkat yang
seperti hujan menimpanya dari atas, kanan, kiri dan bawah”
Melihat cara penyerangan mereka ini, tentu saja Bok Liong khawatir
kalau-kalau Lin Lin celaka di tangan barisan aneh itu. Apa lagi hatinya
amat tidak enak kalau barisan itu hanya menerjang Lin Lin dan
membiarkan ia menganggur menjadi penjaga punggung Lin Lin belaka.
Ia berseru keras dan membalik lalu menerjang, membantu Lin Lin. Akan
tetapi ia masih tetap waspada, menjaga agar mereka jangan terlena dan
tertipu.
Memang Bok Liong sudah banyak pengalamannya dalam
pertempuran. Ia cukup maklum akan kelihaian pedang Lin Lin, juga ia
mengerti bahwa gadis ini kalau marah kepada lawan bisa menjadi ganas
sekali. Secara langsung mereka berdua tidak mempunyai permusuhan
pribadi dengan para pengemis, maka ia pun menganggap tiada perlunya
menurunkan tangan besi kepada mereka.
“Lin-moi, kau menahan serangan mereka, biarkan aku yang
membalas”
“Baik” jawab Lin Lin, kembali kagum karena maklum bahwa hanya
cara itulah yang memungkinkan mereka dapat balas menyerang, yaitu
yang seorang bertahan, yang seorang pula menyerang. Segera ia
memutar pedangnya menjadi segulung sinar kuning yang berkilauan
membungkus dirinya dan di lain pihak Bok Liong melompat ke belakang
Lin Lin membiarkan semua tongkat menyerang gadis itu, kemudian dari
samping ia menerjang. Hasilnya baik sekali, terdengar teriakan kesakitan
dan seorang di antara tiga orang yang merupakan bagian kepala, roboh
terguling terluka pahanya oleh ujung pedang Bok Liong.
Akan tetapi tiba-tiba pada saat itu, sinar putih bersambaran dari
belakang. Inilah yang dikhawatirkan Bok Liong. Baiknya pemuda ini
sudah waspada sejak tadi. Melihat sinar putih menyambar, cepat ia
225
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
memutar pedang sambil melompat ke belakang Lin Lin dan runtuhlah
semua jarum tersampok sinar pedangnya. Hati Bok Liong menjadi
khawatir juga. Kalau begini caranya mereka melakukan pengeroyokan,
berabe juga. Ia melirik dan melihat betapa pertahanan Lin Lin amat kuat
dan kokoh seperti benteng baja, biarpun gadis itu tidak akan mendapat
kesempatan untuk balas menyerang, namun dengan pertahanan macam
itu, biar ada dua barisan Hui-houw-tin, kiranya belum tentu akan dapat
membobolkan pertahanannya dalam waktu satu dua jam”
“Lin-moi, tahan terus, aku menangkap kepalanya” bisiknya kembali.
Lin Lin sudah percaya betul akan kecerdikan kawannya.
“Baik,” jawabnya tanpa ragu-ragu lagi. Bok Liong melompat dengan
tiba-tiba, gerakannya cepat sekali. Dengan hanya beberapa lompatan ia
sudah tiba di balik gerombolan pohon dari mana jarum-jarum itu tadi
menyambar. Dan.. apa yang dilihatnya? Ia berdiri bengong memandang
Hui-houw-pangcu yang roboh terlentang dengan tubuh kaku, kedua
tangan masih menggenggam jarum-jarum beracun” Ternyata pengemis
tua ini telah ditotok jalan darahnya yang membuat tubuhnya kaku tak
dapat bergerak untuk beberapa jam lamanya.
Siapa yang melakukan hal ini? Tak salah lagi, pikir Bok Liong, tentu
dia yang tadi telah menolongnya dengan pemberian obat pemunah
racun” Akan tetapi ia tidak ada waktu untuk mengherankan soal ini
karena di sana Lin Lin masih menghadapi pengeroyokan barisan Huihouw-
tin yang biarpun sudah roboh seorang, masih amat kuat dan
cukup berbahaya. Hatinya lega, karena dengan robohnya ketua Huihouw-
pang yang suka main jarum beracun ini, ia tidak khawatir lagi
akan serangan gelap dari belakang. Cepat ia membalikkan tubuh dan
melompat ke tempat pertempuran, serta merta menerjang dari samping.
Karena kegembiraan dan kelegaan hati melihat penyerang gelap itu tak
berdaya lagi, pemuda ini menyerang penuh semangat dan pedangnya
merobohkan dua orang pengeroyok”
Akan tetapi, biarpun berkurang tiga orang, ternyata barisan Huihouw-
tin ini malah mengamuk lebih hebat. Inilah keistimewaan Huihouw-
tin, seperti seekor harimau kalau terluka akan lebih hebat sepak
226
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
terjangnya. Hal ini adalah karena kalau barisan itu masih lengkap tiga
belas orang, ruang gerak penyerangan mereka amat sempit dan
terbatas. Makin berkurang jumlahnya, makin leluasa mereka bergerak
sehingga tampaknya makin buas. Namun, malang bagi mereka, kini
yang mereka keroyok adalah murid-murid orang sakti yang telah
mewarisi ilmu kepandaian yang amat tinggi, jauh melebihi tingkat
mereka.
Setelah kini merasa yakin bahwa dari belakang takkan ada yang
menyerang dengan senjata rahasia, dengan enaknya Bok Liong
membabati lawan seorang demi seorang secara cepat sehingga tak
sampai seperempat jam, para pengeroyok itu tinggal empat orang lagi
yang cepat melempar tongkat dan berlutut mohon diampuni” Lin Lin
gemas sekali, lengannya bergerak hendak membabat dengan
pedangnya, akan tetapi lengannya disentuh Bok Liong.
“Sudahlah, Lin-moi. Mereka hanya menjalankan perintah. Kita tidak
mempunyai permusuhan pribadi dengan mereka. Mari kita pergi”
Pengalaman dalam pertempuran ini membuka mata Lin Lin bahwa
kawannya adalah seorang pemuda yang selain lihai ilmu silatnya, juga
cerdik dan berpengalaman. Kalau saja ia tadi seorang diri menghadapi
para pengemis ini, agaknya ia akan terancam bahaya hebat. Mengingat
ini, biarpun hatinya tidak puas karena tidak boleh membunuh para
pengeroyoknya, namun ia tidak membantah dan bersama Bok Liong
mereka melompat pergi dan berlari cepat meninggalkan tempat itu.
Bulan purnama sudah condong ke barat, akan tetapi sinarnya masih
menerangi jagat. Peristiwa tadi mengusir kantuk dan mereka berjalan
terus memasuki hutan.
Malam telah menjelang fajar ketika bulan yang sudah turun itu
tertutup puncak gunung dan sinarnya menjadi suram. Keadaan yang
gelap ditambah hawa yang amat dingin memaksa dua orang muda itu
kembali berhenti di dalam hutan, memilih tempat terbuka di antara
pohon-pohon besar dan mereka berjongkok menghadapi api unggun
yang mendatangkan hawa hangat nyaman.
227
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Liok-twako, kau tadi meninggalkan aku untuk menangkap Hui-houwpangcu,
bagaimana hasilnya? Belum kauceritakan padaku.”
Bok Liong menarik napas panjang. Tadi ia memang sengaja tidak
bercerita, karena khawatir kalau-kalau gadis yang aneh ini bersikeras
hendak mencari penolong itu. Seorang penolong yang tidak mau
memperlihatkan diri tak perlu dipaksa muncul, dan biasanya hanya
orang-orang sakti yang bersikap seperti itu.
“Lin-moi, dalam pertempuran tadi, kita berdua hanya dapat keluar
dengan selamat berkat pertolongan seorang sakti.”
“Sudah kuduga, malah tadinya kusangka gurumu yang melempar
obat kepadamu, Twako.”
“Bukan Suhu, melainkan orang lain, entah siapa. Obatnya pemunah
racun amat manjur, dan ilmu kepandaiannya hebat sekali.”
“Bagaimana kau bisa tahu, Twako?”
“Tak ingatkah kau akan ucapan Hui-houw-pangcu yang mengaku
kalah bertanding senjata rahasia dengan kita? Padahal kita sama sekali
tidak pernah melepaskan senjata rahasia. Bagaimana dia bisa mengaku
kalah bertanding am-gi (senjata gelap)? Tidak bisa lain, tentu penolong
kita yang telah menundukkanya, mungkin dengan cara menggempur
jarum-jarumnya dengan am-gi lain yang amat lihai. Dan tahukah kau
apa yang terjadi ketika aku meninggalkanmu untuk menghajar ketua
Hui-houw-pang yang curang itu? Ia telah roboh kaku, siapa lagi kalau
bukan penolong kita yang menotoknya. Di kedua tangannya masih
penuh jarum-jarum beracun yang belum sempat ia sambitkan kepada
kita.”
“Siapakah dia Twako? Ah, setelah ia menolong kita, kenapa tadi kau
diam saja? Mengapa tidak memanggil-manggil supaya dia muncul? Aku
ingin sekali berkenalan dengan dia, Twako, ingin..”
“Ingin apa?” Bok Liong sendiri terheran mendengar suaranya yang
berbeda dari biasa, den lebih heran lagi merasa betapa dadanya sesak
dan perasaannya tidak senang. Cemburu” Tapi ia tidak sadar akan hal
ini.
228
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Ingin mengajak ia bertanding, menguji kepandaiannya”
Jawaban ini membuat Bok Liong melengak heran, akhirnya ia tertawa.
Gadis pujaan hatinya ini benar-benar aneh, lucu, manis dan hebat”
“Lin-moi, kalau seorang sakti tidak menghendaki dilihat orang, jangan
harap akan dapat bertemu dengannya. Terang bahwa dia membantu
kita dengan sembunyi, itu hanya berarti bahwa dia tidak mau kita
melihatnya, maka jalan terbaik hanya membiarkan dia melanjutkan sikap
itu. Memaksa dia muncul sama dengan menentang kehendaknya den ini
bukanlah pernyataan terima kasih yang baik.”
“Huh, siapa memaksa dia menolong kita? Aku sendiri sih tidak butuh
akan pertolongannya. Kalau memang dia merasa diri begitu tinggi den
begitu mulia sehingga menganggap tidak berharga mengadakan
pertemuan dengan kita, mengapa dia menolong kita tanpa kita minta?
Uh, aku belum percaya apakah benar-benar dia itu seorang sakti, lebih
tidak percaya lagi apakah dia bermaksud baik dengan pertolongannya
itu.”
“Ssstttt.. Lin-moi, kenapa kau bilang begitu..?”
Lin Lin melompat berdiri.
“Biar” Aku tetap tidak percaya bahwa dia bermaksud baik. Kau boleh
takut kepadanya, Liong-twako, akan tetapi aku tidak takut. Kalau dia
betul orang baik-baik, kenapa main rahasia-rahasiaan? Siapa sudi main
kucing-kucingan dengan orang yang tidak kita kenal? Orang begitu
hanya menonjolkan keangkuhan dan kesombongannya, merasa lebih
tinggi daripada orang lain”
Bok Liong kebat-kebit hatinya. Celaka, pikirnya. Gadis ini sudah
kumat, dan ia dapat menyelami perasaan gadis ini yang membuatnya
mau tak mau hanya makin mengaguminya. Terang bahwa Lin Lin
wataknya aneh, tapi polos, tidak takut kepada siapa pun juga, tidak suka
akan orang yang plin-plan dan palsu-palsuan. Akan tetapi betapapun
juga, hatinya merasa amat tidak enak terhadap penolongnya. Bagaimana
kalau penolong itu mendengar ucapan Lin Lin ini?
“Ahhhhhh..”
229
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Bok Liong melompat bangun, memandang ke kanan kiri.
“Eh, kau mengapa, Twako?”
“Lin-moi, apakah kau tidak mendengar tadi? Terang ada orang yang
menghela napas panjang, dekat sekali..”
Lin Lin ikut memandang ke kanan kiri, terheran-heran.
“Aku tidak mendengar apa-apa. Ah, Twako, kau jadi seperti anak kecil
mendengar dongeng mengerikan sehingga menjadi ketakutan dan di
mana-mana kelihatan setan. Hi-hik”
Merah muka Bok Liong, lalu ia duduk kembali.
“Lin-moi, belum lama kau terjun di dunia kang-ouw, kau belum tahu
banyak tentang orang-orang sakti..”
Sebelum Lin Lin sempat menjawab, tiba-tiba terdengar desis keras
dan Lin Lin menjerit,
“Ular..” Ia seperti sebagian banyak wanita, merasa jijik dan geli
melihat ular, akan tetapi, sebagai seorang pendekar wanita, tentu saja ia
tidak takut. Cepat sinar kuning berkelebat dan di lain saat tubuh ular
telah buntung menjadi dua potong”
Mata Bok Liong terbelalak ketika ia memandang bangkai ular itu.
“Wah, celaka, kita agaknya berhenti di daerah ular api” Ular macam
ini tidak takut api dan amat beracun. Racunnya panas dan membuat
tubuh korbannya hangus seperti dimakan api, maka ia disebut ular api.
Eh.. awas Lin-moi..” Bok Liong sudah mencabut pedangnya, dua kali ia
mengelebatkan pedangnya dan dua ekor ular roboh dengan leher putus.
Ternyata itu adalah dua ekor ular yang menyambar dari atas ke arah Lin
Lin”
“Wah.. ular api tak mungkin dapat melayang tentu ada yang
melemparkannya..” Lin-moi, awas, agaknya ada musuh menyerang..”
“Aku tidak takut” Segala pengecut curang, kalau berani muncul akan
kupenggal batang lehernya” teriak Lin Lin dengan marah sekali karena
semalam itu selalu diganggu orang-orang yang tidak mau menyerang

atau membantu dengan terang-terangan.

Bersambung..

No comments:

Post a Comment