Saturday, December 17, 2016

Cinta Bernoda Darah 01 - Mini Serial #006

Cerita Silat Kho Ping Hoo: Cinta Bernoda Darah 01 - Mini Serial #006
=======================================================
Sinar hitam yang lembut bergulung meluncur ke arah punggungnya.
Sinar hitam ini datang dari Hek-giam-lo yang melepas senjata rahasianya
yang disebut Hek-in-tok-ciam (Jarum Beracun Awan Hitam). Begitu
hebat racun jarum-jarum yang jumlahnya tujuh batang ini sehingga
mengeluarkan uap hitam seakan-akan awan yang membungkusnya
ketika benda-benda kecil ini meluncur mencari korban.
Melihat Hek-giam-lo mempergunakan ilmunya melepas jarum, Siangmou
Sin-ni dan It-gan Kai-ong terkejut. Mereka berdua sudah mengenal
baik hebatnya jarum-jarum itu. Sekarang Suling Emas yang ternyata
hanya seorang pemuda masih hijau diserang dari belakang dan pemuda
itu asyik bekerja menggali tanah, mana dapat ia menyelamatkan diri?
Suling Emas menggali dengan gerakan cepat dan aneh. Bukan hanya
tangan kanan yang memegang sabit saja yang bergerak, malah semua
tubuhnya ikut bergerak. Seorang petani akan mentertawakannya karena
cara ia mencangkul tanah menggunakan sabit amatlah lucu, meloncat ke
sana ke mari, bergoyang-goyang dan terhuyung-huyung. Akan tetapi
kalau melihat hasil galian di depannya, orang akan bengong terlongong.

Sepuluh orang tukang cangkul bekerja sama dengan cangkul yang baik
sekalipun belum tentu akan dapat menggali lubang sedemikian besar
dalam waktu demikian cepatnya.
Sekarang, tiga orang sakti itu yang menjadi kagum. Tanpa menoleh,
Suling Emas masih tetap bekerja dan ketika gulungan awan hitam yang
membungkus jarum-jarum beracun itu menghampirinya dan berpencar
mengarah tujuh bagian jalan darah terpenting, ia masih saja bergerakgerak
menggali lobang. Namun kini di antara berkelebatnya sinar sabit
yang putih, tampak bergulung-gulung sinar kebiruan yang mengeluarkan
angin keras. Mendadak awan hitam itu membalik sampai tiga kaki
jauhnya, Hek-giam-lo mengeluarkan suara geraman hebat dan awan
hitam itu mendesak maju lagi, Si Muka Tengkorak berdiri setengah
berjongkok, kedua tangannya dilonjorkan ke depan dan ia mengerahkan
tenaga sin-kangnya untuk memberi dorongan kepada senjata
rahasianya.
24
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Suling Emas menunda gerakannya menggali. Ia pun membalik dan
kiranya di tangan kirinya terdapat sebuah kipas biru yang terdapat
lukisan indah. Ia mengipaskan benda itu ke depan sambil berseru.
“Hek-giam-lo, aku terima tantanganmu, akan tetapi tunggulah
sebentar sampai selesai pekerjaanku.” Ia mengebutkan lagi kipasnya
dan sekali lagi awan hitam yang sudah mendesak maju itu terpental
mundur sampai lima kaki jauhnya.
Tanpa mempedulikan Hek-giam-lo yang terpaksa menerima kembali
jarum-jarumnya itu, Suling Emas berloncatan ke sana ke mari dan
tampaklah mayat-mayat yang berserakan itu satu demi satu melayang
masuk ke dalam lobang besar yang digalinya tadi. Pemandangan yang
amat mengerikan. Mayat-mayat itu seakan-akan hidup kembali dan
terbang seperti setan-setan penasaran. Padahal Suling Emas hanya
menggunakan ujung sabit untuk mencongkel mayat-mayat itu. Dalam
waktu pendek saja sebelas buah mayat itu sudah terbang semua ke
dalam lubang. Suling Emas lalu menguruk lubang dengan tanah galian.
Begitu cepat ia melakukan pekerjaan ini sehingga waktu untuk menggali
dan “mengubur” ini tidak lebih daripada sepuluh menit saja”
“Ho-ho-hah-hah, Suling Emas namanya menyundul langit. Kiranya
hanya seorang bocah ingusan yang tak tahan melihat mayat-mayat
berserakan. Ha-ha-ha.” It-gan Kai-ong tertawa mengejek.
“It-gan Kai-ong, terimalah salamku. Tak kusangka di puncak Thai-san
ini akan bertemu dengan seorang raja, sungguh menyenangkan,” jawab
Suling Emas.
“Tampan sekali” Ganteng.. dan jejaka tulen. Hebat” Suling Emas, mari
pergi bersama saya..” Suara Siang-mou Sin-ni amat manis dan merdu,
senyumnya memikat dan kerling matanya menyambar. Pemuda biasa
saja kiranya akan runtuh kalbunya dan bobol pertahanannya kalau
menghadapi senyum dan kerling yang memabukkan ini. Memang Siangmou
Sin-ni memiliki kecantikan yang luar biasa, keharuman rambut yang
memabukkan, dan ada sesuatu yang mujijat, hawa kekuatan yang tidak
sewajarnya, keluar dari tubuhnya.
25
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Suling Emas menjadi merah mukanya ketika ia mengangguk dan
membungkuk sebagai tanda hormat.
“Siang-mou Sin-ni, terima kasih. Kulihat di antara mayat-mayat itu
terdapat seorang muda yang sudah kausedot habis isi tulang
belakangnya, apakah kau masih juga belum kenyang?”
Siang-mou Sin-ni hanya terkekeh-kekeh mendengar ejekan ini.
Adapun It-gan Kai-ong lalu menegur, “Kim-siauw (Suling Emas), kau
yang masih begini muda, bagaimana berani lancang menyebut nama
kami? Bagaimana kau bisa megenal bahwa aku It-gan Kai-ong?”
“Banyak raja di dunia ini, akan tetapi yang suka memakai pakaian
tambalan, hanyalah raja pengemis. Di antara banyak raja pengemis yang
terkenal, memang ada beberapa orang di antaranya yang buta kedua
matanya, akan tetapi yang picak sebelah hanyalah It-gan Kai-ong.”
Siang-mou Sin-ni makin keras kekeh tawanya. bahkan Si Muka
Tengkorak yang pendiam juga terbatuk-batuk menahan tawa. It-gan
Kai-ong mencak-mencak saking marahnya.
“Bocah sombong, berani kau mempermainkan aku? Hayo ke sinilah,
boleh kita adu kepandaian.”
“Nanti dulu, Kai-ong. Biarlah dia mencoba kelihaian rambutku. Kalau
dia bisa mengatasi rambutku, tak perlu aku mencium dan menggigitnya,
hi-hi-hik” Siang-mou Sin-ni melangkah maju.
Akan tetapi Suling Emas tidak mempedulikan mereka berdua,
langsung ia menghampiri Hek-giam-lo, menyerahkan senjata sabit. “Ini
senjatamu, Hek-giam-lo, dan terima kasih.”
Hek-giam-lo mengulur tangan kiri menangkap gagang sabitnya, akan
tetapi Suling Emas tidak melepaskannya, dan sambil tersenyum pemuda
ini mengulur tangan kiri pula ke arah sulingnya yang masih dipegang
oleh Hek-giam-lo, kemudian menyambar suling itu. Keduanya kini berdiri
berhadapan dengan kedua tangan memegang kedua macam senjata,
tidak saling dilepas. Sejenak mereka berpandangan, ragu-ragu berada di
pihak Hek-giam-lo, akan tetapi kemudian ia mengendorkan pegangannya
pada suling. Suling Emas juga melepaskan sabit dan menarik suling
sehingga di lain saat kedua orang itu sudah saling bertukar senjata.
26
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Hek-giam-lo yang masih marah dan penasaran sudah mengangkat
sabit, siap menyerang. Akan tetapi ia kalah dulu oleh Siang-mou Sin-ni
yang sudah melompat ke depan Suling Emas dan sambil terkekeh wanita
ini menggerakkan rambutnya yang mengeluarkan bunyi bercuitan seperti
seratus cambuk menerjang Suling Emas.
Bau yang harum semerbak memabukkan menusuk hidung. Suling
Emas cepat mengerahkan sin-kang dan melompat ke belakang,
sulingnya menyampok ke depan dibarengi kipasnya dikebutkan.
Terdengar suara nyaring ketika suling emas itu bertemu dengan
gumpalan rambut yang paiing tebal, sedangkan kipas yang bergerak
kuat itu meniup balik rambut panjang yang tadi menerjang maju seperti
hidup. Baik Suling Emas maupun Siang-mou Sin-ni masing-masing
melangkah mundur tiga tindak dan saling pandang dengan kagum.
Malah Siang-mou Sin-ni kelihatan kaget. Tak disangkanya bahwa
pemuda ganteng ini demikian kuat dan lihai. Kulit kepalanya sampai
terasa pedas dan panas karena akar rambutnya terguncang keras. Di
lain pihak, Suling Emas juga maklum bahwa wanita ini benar-benar luar
biasa seperti yang sudah lama ia dengar. Kipas dan sulingnya tergetar
hebat dan ia sampai melirik kepada dua senjatanya itu untuk melihat
apakah kipas dan suling tidak menjadi rusak.
“Siang-mou Sin-ni, jangan kau lancang. Karena dia tadi menghinaku,
akulah yang berhak menantangnya. Eh, Suling Emas bocah sombong,
beranikah kau menghadapiku?” Hek-giam-lo sudah melangkah maju lagi,
tangan kirinya merogoh saku.
Suling Emas melintangkan suling di depan dada dan kipasnya
diangkat ke atas kepala, tersenyum tenang. “Aku mendaki puncak Thaisan
dengan perasaan aman dan damai, dengan pikiran gembira dan
bersih daripada permusuhan dengan siapa pun juga. Aku tidak
menghendaki permusuhan di tempat yang indah dan sejuk ini, akan
tetapi kalau ada yang menantangku, biarpun aku ogah melayani, namun
suling dan kipasku harus menjaga nama dan kehormatan.”
“Jadi” Hek-giam-lo berseru keras, tangan kirinya keluar dan begitu
tangan kiri itu bergerak-gerak, tiga belas batang pedang pendek yang
27
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
seperti disulap keluar dari jubah hitamnya itu telah menancap di atas
tanah, membentuk lingkaran. Lingkaran itu terdiri dari sepuluh batang
pedang yang berdiri berjajar, di tengah-tengah lingkaran tertancap tiga
batang pedang yang bentuknya segi tiga. Sambil menggereng keras
tubuh Hek-giam-lo melayang ke tengah lingkaran dan tahu-tahu ia
sudah berdiri dengan sebelah kaki menginjak gagang pedang. Pedang
itu kecil saja, dapat dibayangkan betapa tinggi gin-kang harus
dibutuhkan untuk dapat berdiri di atas gagangnya. Pedang bergoyanggoyang,
namun tubuh Hek-giam-lo tetap tegak tak bergerak, sabitnya
diangkat di atas kepala.

Bersambung

No comments:

Post a Comment