Wednesday, December 14, 2016

Cinta Bernoda Darah 01 - Mini Serial #004

cinta_bernoda_darah
Cinta Bernoda Darah
Cerita Silat Kho Ping Hoo: Cinta Bernoda Darah 01 - Mini Serial #004
================================================

“Omitohud” Leng Lo Hwesio mengeluarkan suara sambil
merangkapkan kedua telapak tangan di depan dada. “Sicu mengeluarkan
sikap menantang, membikin marah dewi penjaga gunung”
“Kita datang untuk mohon pelajaran kebatinan kepada Bu Kek Siansu,
saudara-saudara dari Hoa-san-pai memperlihatkan kekerasan, sungguh
lucu sehingga ditertawakan oleh segala mahluk halus,” kata pula Ang
Kun Tojin, namun diam-diam ia merasa gelisah karena ia dapat
menduga bahwa yang mengeluarkan suara ketawa itu sudah pasti
seorang yang memiliki kesaktian luar biasa. Terang bukan Bu Kek
Siansu, juga bukan yang bernyanyi tadi, karena suara ketawa ini adalah
suara wanita.
“Kami orang-orang Hoa-san-pai tidak takut terhadap segala siluman”
Kok Ceng Cu berkata keras sambil melirik ke kanan kiri.
10
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Sute, jangan bicara begitu..” Kok Bin Cu mencela adik seperguruan
yang berangasan itu.
Akan tetapi suaranya terhenti ketika tiba-tiba pada saat itu terdengar
lagi suara ketawa dan kini tahu-tahu di depan mereka telah berdiri
seorang wanita yang amat cantik. Dia datang begitu saja seperti muncul
dari dalam bumi, tidak tampak datangnya, tahu-tahu sudah berdiri di
depan Kok Ceng Cu sambil tertawa terkekeh-kekeh, bibirnya yang merah
dan lembut itu terbuka, tampak dua deretan gigi yang putih seperti
mutiara berbaris.
Empat belas orang itu memandang dengan mata terbelalak. Sungguh
seorang wanita yang amat cantik, dilihat dari wajahnya yang segar
berseri itu agaknya belum dua puluh lima tahun usianya, namun sikap
dan gerak-geriknya membayangkan kepribadian yang kuat dan
berwibawa, tenang dan tabah, sikap masak seorang tokoh besar.
Pakaiannya dari sutera tipis berwarna putih sehingga terbayang baju
dalam yang berwarna merah muda. Sepasang kakinya tertutup sepatu
kulit mengkilap, berwarna hitam. Yang menarik hati dan mengerikan
adalah rambutnya. Rambut hitam gemuk, panjang sampai hampir
menyentuh tanah di belakangnya, sebagian lagi terurai ke depan dari
kanan kiri lehernya. Tubuhnya padat berisi, kulit leher, tangan dan
mukanya halus den putih seperti salju. Wanita yang cantik jelita,
bersinar matar bengis, dengan mulut yang selalu mengejek tampaknya
dan diselubungi sesuatu yang aneh mengerikan. Begitu ia muncul,
tercium bau harum seperti taman bunga.
“Hi-hi-hik, kiranya jejaka tampan yang mengeluarkan tantangan.
Wah, untungku hari ini” Orang muda yang penuh tenaga dan hawa
murni, kau dari golongan mana?”
Kok Ceng Cu biarpun sudah berusia tiga puluh tahun lebih, namun tak
pernah berdekatan dengan wanita. Memang ia tidak suka akan wanita
dan sudah bersumpah akan tetap membujang seumur hidup. Kini
menghadapi wanita cantik aneh yang sikapnya sombong, ketawanya
terbuka tanpa mengenal sopan dan susila ini, ia menjadi marah sekali.
11
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Wanita tak bersopan” Aku tidak suka bicara denganmu, akan tetapi
kalau kau ingin tahu, aku Kok Ceng Cu murid ke lima dari Hoa-san-pai.
Sudahlah, pergi jangan menambah muak dengan ketawa-ketawa seperti
siluman”
“Hi-hi-hik, jejaka murni, nyalinya kuat. Bagus, bagus, kebetulan
sekali. Eh, Kok Ceng Cu, kulihat tadi kau mengangkat batu kecil ini,
entah apa kau kuat menerima lemparan dariku?” Tanpa menanti
jawaban, wanita ini menggerakkan kepalanya dan.. rambutnya yang
indah dan panjang itu bergerak seperti hidup ke arah batu gunung putih
di dekatnya yang tadi dipakai main-main oleh orang-orang sakti itu.
Begitu cepat gerakkannya dan tahu-tahu batu itu telah terlempar ke
arah Kok Ceng Cu. Benar-benar membuat semua orang bengong
terlongong. Bagaimana rambut indah panjang itu dapat dipergunakan
untuk mengangkat dan melempar batu yang beratnya lima ratus kati
lebih?
Akan tetapi Kok Ceng Cu tidak sempat berheran. Melihat datangnya
batu ke arah kepalanya, ia cepat menggerakkan kedua lengan,
menangkap batu itu dan mengerahkan tenaganya, melemparkan batu itu
kembali kepada wanita tadi sambil berseru membentak,
“Siluman jahat, terimalah kembali”
Lemparan Kok Ceng Cu dilakukan dengan pengerahan tenaga
sepenuhnya, akan hehat sekali akibatnya kalau wanita itu tertimpa.
Agaknya wanita aneh ini tidak mempedulikan datangnya batu, hanya
mengangkat lengan kiri menangkis. Terdengar suara keras dan batu itu
terlempar ke kiri, pecah menjadi dua”
Kejadian ini benar-benar membuat semua orang terkejut, dan
sekaligus maklumlah mereka bahwa wanita ini ternyata memiliki
kepandaian yang amat luar biasa. Juga Kok Ceng Cu sadar akan hal ini,
namun penyesalannya terlambat. Sambil terkikik-kikik ketawa wanita itu
kembali menggerakkan kepalanya dan kini rambutnya terurai meluncur
ke depan dan di lain saat kedua pergelangan lengan dan leher Kok Ceng
Cu sudah terlibat rambut. Betapapun murid ke lima dari Hoa-san-pai ini
mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan diri, usahanya sia-
12
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
sia seakan-akan seekor latat yang berusaha melepaskan diri daripada
sarang laba-laba, meronta-ronta tanpa hasil, malah rambut-rambut itu
makin erat mengikat tangan dan mencekik leher.
“Hi-hi-hik, berontaklah, makin keras makin baik agar darahmu
berjalan lebih kencang” Sambil terkekeh wanita itu kembali
menggerakkan kepalanya. Tubuh Kok Ceng Cu tersentak ke depan,
berputar dan tak dapat dicegah lagi mendekati wanita itu. Tiba-tiba
wajah wanita cantik itu menjadi beringas, matanya bersinar-sinar,
mulutnya terbuka dan.. cepat sekali mulutnya mendekati tengkuk leher
Kok Ceng Cu dan menggigitnya, terus mengisap” Kok Ceng Cu
mengeluarkan jerit mengerikan, mukanya menjadi pucat kehijauan dan
beberapa detik kemudian nyawanya telah melayang meninggalkan
badannya”
“Siluman keji..” Kok Bin Cu dan tiga orang adik seperguruannya
bergerak maju, menerjang wanita itu. Akan tetapi mereka terhuyung
mundur dan tubuh Kok Ceng Cu yang sudah dingin terlempar ke arah
mereka, diiringi suara ketawa wanita itu. Melihat keadaan Kok Ceng Cu
yang sudah menjadi mayat, Kok Bin Cu cepat menyambar dan memeluk
adik termuda ini dengan penuh kesedihan.
Adapun tiga orang adik seperguruannya yang lain berdiri dengan
sikap siap, namun ragu-ragu untuk menerjang tanpa perintah Kok Bin
Cu. Mereka maklum akan kelihaian wanita siluman ini dan menjadi
gentar juga.
“Cuh” Cuhhhhh” suara orang meludah dan Leng Hi murid ke empat
Bu-tong-pai menyumpah-nyumpah karena mukanya terkena ludah kental
yang tak diketahui dari mana datangnya.
“Ho-ho-hah, Siang-mou Sin-ni jangan berpesta seorang diri” Suara
laki-laki seperti tambur bobrok ini terdengar dan orangnya sekaligus
tampak seorang berpakaian pengemis, sudah tua dan bongkok,
mukanya pucat seperti mayat, rambutnya panjang sampai ke pundak,
awut-awutan dan riap-riapan kotor, mata kirinya buta, mata kanannya
lebar membelalak. Pakaiannya kotor dan penuh tambalan, hanya
13
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
sepasang sepatunya masih baru. Ia memegang sebatang tongkat butut,
berdiri di situ dengan punggung agak bongkok.

Bersambung....

No comments:

Post a Comment