Monday, February 20, 2017

Cinta Bernoda Darah 02 - Mini Serial #29

Cinta Bernoda Darah 02 #29
Cerita Silat Kho Ping Hoo: Cinta Bernoda Darah 02 - Mini Serial #29
=========================================
Sian Eng merasa khawatir sekali. Ia percaya bahwa adiknya ini sekarang
telah memiliki kepandaian tinggi, jauh lebih tinggi daripada dia atau Bu Sin
sekali pun, akan tetapi karena malam itu Lin Lin memaksa hendak pergi mencari
Suling Emas, timbullah rasa khawatir di hatinya. Ia cukup mengenal watak Lin
Lin yang aneh dan angin-anginan bagaimana kalau adiknya ini kambuh gilanya
dan melakukan hal yang bukan-bukan andaikata benar dapat berjumpa dengan
Suling Emas? Siapa tahu Lin Lin akan menantangnya, akan menghinanya” Akan
tetapi, mencegah pun ia tahu akan sia-sia belaka, apalagi sekarang Lin Lin sudah
demikian lihainya.

“Enci Eng, jangan gelisah. Aku tentu akan dapat bertemu dengannya. Kalau
berjumpa, akan kusampaikan kepadanya betapa kau memuja-mujanya seperti
dewa” Dan pesanku, kalau sebelum aku pulang Liong-twako datang berkunjung,
sambutlah dia dan ajak ia bercakap-cakap. Dia baik sekali, Eng-cici, kiraku jauh
lebih baik daripada Suling Emas.”
“Ihhhhh, kau bicara apa itu, Lin-moi? Apa perlunya kau membandingbandingkan
dua orang laki-laki itu? Cih, tak bermalu”
“Hik-hik, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu” Tapi aku tahu,
Enciku yang manis ayu, setiap detik kau membayangkan Suling Emas yang
gagah perkasa”
“Idihhhhh, genit kau” Sian Eng mengejar hendak mencubit, akan tetapi sekali
berkelebat Lin Lin lenyap di atas genteng. Hanya suaranya terdengar dari tempat
gelap di atas.
“Enci Sian Eng, aku pergi dulu”
Siang Eng menjatuhkan diri di atas pembaringan, duduk termenung. Ucapan
Lin Lin yang menggodanya tadi menikam jantungnya. Benarkah bahwa dia
memuja Suling Emas? Ah, bocah itu terlalu lancang, menduga yang bukanbukan.
Tentu saja ia amat kagum, dan bolehlah dikatakan ia setengah
memujanya, akan tetapi hal ini adalah karena pengaruh pribadi Suling Emas
yang memang hebat ditambah lagi karena ia melihat betapa seisi kelenteng
memujanya. Akan tetapi hal itu bukan berarti bahwa dia.. eh, tergila-gila kepada
1
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Suling Emas. Dan ia merasa betapa dalam godaan Lin Lin tadi, oleh adiknya itu
ia dianggap tergila-gila dan jatuh cinta kepada Suling Emas. Gila benar”
Bukan laki-laki luar biasa, aneh dan kadang-kadang menyeramkan itu yang
menjadi pria idamannya. Suling Emas terlalu tinggi. seperti manusia setengah
dewa, bukan.. bukan pria macam itu yang dapat merampas kasih sayangnya.
Tiba-tiba muka Sian Eng menjadi merah sekali, kedua pipinya terasa panas.
Pikirannya membayangkan adegan ketika ia bertemu dengan Suma Boan, ketika
ia tertawan.. dan tiba-tiba Siang Eng menjatuhkan diri di atas pembaringan dan
menangis tersedu-sedu”
Kita tinggalkan Sian Eng yang menangis tergoda rahasia perasaannya sendiri
dan mari kita ikuti Lin Lin yang lincah, jenaka, dan tak kenal arti takut itu. Siang
tadi ia melihat Suling Emas menunggang kuda memasuki kota raja dan ia
merasa yakin bahwa tentu Suling Emas berada di dalam gedung perpustakaan
istana. seperti yang ia dengar dari percakapan Suma Boan dan kaki tangannya
bahwa kalau berada di kota raja, Suling Emas biasanya bersembunyi di dalam
gedung perpustakaan istana.
Pengalamannya dengan Kim-lun Seng-jin ketika memasuki istana menyerbu
dapur dan gedung pusaka, merupakan pelajaran yang sekarang amat berguna
bagi Lin Lin karena sekarang ia telah tahu jalan masuk yang paling aman, yaitu
melalui pohon tinggi yang tumbuh di luar pagar tembok. Karena kini ia telah
memperoleh kemajuan hebat semenjak ia menyerbu istana dengan Kim-lun
Seng-jin, berkat latihan yang tak kenal lelah, dengan amat mudahnya Lin Lin
melompati pagar tembok dan berada di daerah istana kaisar yang amat luas itu.
Ia menyelinap di dalam gelap, lalu menyusup di antara bangunan-bangunan
besar.
Beberapa lama ia berputaran di antara gedung-gedung besar dan ia menjadi
bingung. Teringatlah ia bahwa ia sama sekali tidak tahu di mana adanya gedung
perpustakaan. Kompleks istana ini begitu luasnya sehingga untuk mencari dapur
dan gedung pusaka yang dahulu pernah ia kunjungi pun sekarang ia tak sanggup
lagi, sudah lupa” Celaka, pikirnya. Mengapa begini luasnya dan begini
banyaknya gedung-gedung besar? Tak mungkin ia harus memeriksa setiap
gedung” Apalagi kalau diingat bahwa di daerah istana ini terdapat banyak sekali
pengawal-pengawal yang berkepandaian tinggi seperti pernah ia dengar dari
Kim-lun Seng-jin.
2
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Karena kebingungan, akhirnya secara ngawur Lin Lin melompati sebuah
pagar tembok yang tidak terlalu tinggi. Ketika ia tiba di sebelah dalam, kiranya
di belakeng tembok itu merupakan sebuah taman bunga yang amat indah, di
mana-mana tergantung lampu-lampu teng beraneka warna, seperti kalau orang
merayakan hari raya musim semi saja. Taman yang penuh bunga beraneka
warna, harum semerbak baunya dan lampu-lampu itu diatur secara artistik
sekali. Ada yang menempel pada pohon, ada yang berbentuk burung hijau
hinggap di atas cabang, ada yang seperti bulan sabit tergantung di awang-awang.
Jumlahnya banyak sehingga taman itu tampak terang dan indah. Di tengahtengah
taman bunga terdapat sebuah kolam ikan yang dihias bunga teratai merah
putih. Air yang menyembur keluar di tengah-tengah kolam itu pun seakan-akan
berwarna karena tertimpa sinar dari sekelilingnya, sinar lampu warna pelangi”
Lin Lin berdiri terpaku di atas tanah, terbelalak kagum, merasa seakan-akan
berada di alam mimpi. Melihat tanaman itu sunyi tak ada seorang pun manusia
di situ, ia berjalan perlahan menoleh ke kanan kiri, mengagumi keindahan yang
luar biasa ini. Setiap tanaman diatur baik-baik, bahkan batu-batu yang menghias
jalan kecil di taman, semua merupakah hasil seni yang hebat. Menghadapi
keindahan ini, Lin Lin lupa akan maksud kunjungannya ke kompleks istana,
malah ia lalu duduk termenung menghadapi kolam ikan, terkikik-kikik ketawa
sendirian melihat tingkah solah ikan-ikan yang ekornya mekar dan berenang
dengan gerakan megal-megol lucu sekali. Ia melihat seekor ikan emas merah
mengejar-ngejar seekor ikan emas betina berwarna kuning. Ke mana-mana
dikejarnya dan mereka itu berkejaran dengan megal-megol.
“Hi-hik, renangmu begitu kaku, mana mampu menyusulnya?” Ia tertawatawa
menggunakan jari-jari tangannya yang runcing mungil untuk menggerakgerakkan
air sehingga bayangannya sendiri yang tampak di air menjadi kacau
dan bergoyang-goyang. Pemandangan ini mendatangkan rasa geli di hatinya dan
kembali ia tertawa.
“Kau.. siapa?”
Teguran ini halus, akan tetapi membuat Lin Lin terkejut bukan main. Ia
melompat dan membalik. Seorang laki-laki yang berpakaian amat indah, berusia
tiga puluh lebih, wajahnya tampan gerak-geriknya halus, berdiri di depannya
sambil memandang penuh perhatian. Belum pernah selamanya Lin Lin melihat
seorang pria berpakaian seindah ini. Bahkan Suma Boan putera pangeran itu pun
tidak seindah ini pakaiannya, seperti pakaian anak wayang hendak main
3
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
sandiwara di panggung. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu dan wajahnya pucat,
hatinya berdebar. Agaknya orang ini kaisar”
Laki-laki itu melihat Lin Lin berdiri dengan sepasang matanya yang lebar
terbelalak, menjadi makin kagum, senyumnya melebar dan kembali ia bertanya.
“Kau siapa? Belum pernah aku melihatmu. Apakah kau seorang dayang
baru?”
“Kau.. kau..?” Lin Lin balas bertanya, gagap.
Laki-laki itu tertawa, suara ketawanya nyaring dan bening.
“Bukan, aku bukan Kaisar, hanya Thaicu (Putera Mahkota).”
“Ahhhhh..” Lin Lin mundur selangkah.
“Kenapa kaget? Kau siapa?” kembali pangeran itu bertanya, kini
perhatiannya makin terpikat karena gadis ini sama sekali tidak menjatuhkan diri
berlutut setelah mendengar bahwa dia adalah putera mahkota. Ini benar-benar
aneh sekali”
“Kau.. kau Pangeran yang kelak mengganti Kaisar? Kau calon Kaisar?”
Sepasang mata jeli itu menjadi bundar, bening mengeluarkan sinar seperti
bintang timur. Pangeran itu tersenyum dan mengangguk, masih terheran-heran
menyaksikan sikap gadis aneh ini.
“Ohhh..”
“Kenapa?” Hampir pangeran itu meledak ketawanya yang ditahan-tahan
melihat sikap dan mendengar mulut kecil mungil itu ah-ah-oh-oh seperti itu.
“Aku.. aku salah masuk.. aku.. apakah aku harus berlutut di depanmu? Kalau
diharuskan, lebih baik kau lekas minggir, biarkan aku pergi saja karena tidak
biasa aku berlutut di depan orang lain kecuali ayah bundaku yang.. yang sudah
tiada..”
Sepasang mata pangeran itu bersinar-sinar penuh kegembiraan. Baru kali ini
selama hidupnya ada orang bersikap begini “biasa” kepadanya, dan hal ini
menggembirakan sekali. Ia sudah jemu dan kadang-kadang muak akan sikap
menjilat-jilat, sikap menghormat melewati batas yang setiap hari dilimpahkan
terhadap dirinya. Sekarang menghadapi seorang gadis yang tak dikenalnya,
gadis remaja cantik jelita dan betul-betul masih aseli belum bau kepalsuan tata
kerama istana yang menjemukan, ia menjadi tertarik bukan main.
4
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Ah, tak usah berlutut. Kita sama-sama manusia, kan? Kau tadi bilang siapa
namamu dari dan mana datangmu?”
“Aku belum pernah bilang tentang itu kepadamu.”
Pangeran itu tersenyum geli. Cerdik juga bocah ini, pikirnya, tidak berhasil
pancingannya.
“Betul juga. Bolehkah aku mengetahui namamu?”
“Namaku Lin Lin.”
“Wah, nama yang indah sekali” Kau datang dari mana? Mencari siapa
disini?”
“Sebetulnya aku mau mencari gedung perpustakaan, tapi tidak tahu di mana
adanya gedung itu, aku tersesat ke mari dan terpesona oleh keindahan taman ini.
Apakah ini tamanmu, Pargeran?”
Bukan main” Pangeran mahkota gembira sekali. Alangkah murni dan
polosnya anak ini. Segar dan menyenangkan sekali.
“Betul, ini memang tamanku. Kau senang melihat ikan emas? Yang di dalam
pagoda itu lebih indah, di dalam bak kaca, kau dapat melihat ikan-ikan emas
pilihan yang bermain-main di dalam air dengan jelas sekali. Mari, mau lihat?”
Sikap dan suara pangeran itu amat ramah dan manis, lagi wajar sehingga Lin
Lin yang masih mempunyai sifat kekanak-kanakan itu tidak dapat menahan
keinginan hatinya. Akan tetapi kenyataan bahwa ia berhadapan dan bicara
dengan putera mahkota calon kaisar masih membuat ia gugup, maka ia tidak
menjawab hanya mengangguk.
Dengan langkah tenang perlahan seakan-akan berjalan di dalam taman
bersama seorang gadis yang sama sekali tidak memperlakukannya sebagai
pangeran mahkota ini merupakan hal biasa, seakan-akan Lin Lin memang
merupakan sahabatnya yang bebas daripada segala aturan protokol, pangeran itu
mengajak Lin Lin menuju ke sebuah bangunan pagoda yang kecil dan indah di
sebelah kiri kolam ikan. Pangeran mahkota memang mempunyai “hobby” taman
bunga yang indah berikut peliharaan ikan-ikan emasnya dan kalau ia berjalanjalan
menikmati keindahan taman, baik siang maupun malam, ia tidak mau
diganggu oleh para pelayan. Peraturan ini ia jalankan keras sekali karena ia
paling pantang diganggu ketenteramannya bersunyi diri dan minum arak atau
menulis sajak di taman sehingga pada saat itu pun tak seorang pun pelayan
berani muncul di taman itu.
5
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
Begitu memasuki pagoda yang oleh pangeran mahkota disebut “Pagoda
Ikan”, Lin Lin membelalakkan kedua matanya dan mulutnya tiada hentinya
berseru kagum. Karena kekaguman gadis ini wajar dan sungguh-sungguh, sama
sekali berbeda dengan kekaguman para tamu yang pernah diajak ke situ, yaitu
kekaguman yang lebih banyak bersifat membangkitkan kesenangan dan
kebanggaan hati pangeran mahkota, pangeran itu tersenyum gembira. Memang
indah di dalam pagoda itu. Di sekelilingnya terdapat aquarium atau tempattempat
ikan terbuat daripada kaca, di atas dan belakangnya diterangi lampu
beraneka warna sehingga di dalam air itu berubah menjadi dunia mimpi yang
luar biasa. Ada pondok kecilnya, ada rumpun bambu, ada alang-alang, bahkan
ada patung kecil merupakan kakek-kakek yang sedang memancing ikan.
Adapun ikan-ikan emas dengan sisik beraneka warna, hilir mudik bermainmain,
sisik mereka berkilauan tertimpa sinar lampu. Lin Lin sampai ternganga
memandangi itu semua. Pangeran itu menjatuhkan diri duduk di atas sebuah
kursi di pojok dan ia pun menikmati pemandangan baru yang baginya tak kalah
menariknya daripada ikan-ikan di dalam kaca yang setiap malam sudah
dilihatnya itu. Ia melihat keadaan gadis remaja, masih murni dan bebas lepas
setengah liar, gadis yang terpesona oleh keindahan isi pagoda, tanpa sadar
bahwa dirinya sendiri merupakan keindahan tersendiri yang pada saatnya akan
lebih menggairahkan daripada isi pagoda.
Setelah Lin Lin puas memandangi semua ikan, mengikuti gerak-gerik mereka
sampai lebih dari satu jam lamanya, barulah ia berpaling kepada pangeran itu,
menarik napas panjang melampiaskan kekagumannya dan berkata,
“Hebat sekali” Aku merasa seakan-akan berada di dasar lautan”
Pangeran itu tertawa. Perumpamaan yang tepat dan hebat. Bagus untuk
permulaan sajak” Dan teringat akan pengakuan Lin Lin yang tadi hendak
mencari gedung perpustakaan, tiba-tiba timbullah kecurigaan dan keheranannya.
Dengan suara ramah ia bertanya, “Nona Lin Lin, kau tadi bilang bahwa kau
hendak mencari gedung perpustakaan istana” Mau apakah kau mencari gedung
itu? Apakah kau termasuk seorang kutu buku?”
“Kutu? Aku dianggap kutu? Kalau kutunya saja seperti aku besarnya,
bukunya sebesar apa?”
“Ha-ha-ha-ha-ha” Ah, Nona yang lucu, masa kau tidak tahu apa yang
kumaksudkan? Kutu buku adalah sebutan bagi seorang yang hobbynya
membaca buku. Jangan kau bilang bahwa kau buta huruf.”
6
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
“Tentu saja aku bisa membaca dan menulis, akan tetapi aku tidak suka
banyak baca. Terlalu lama membaca kepalaku pusing. Aku mencari
perpustakaan bukan untuk membaca buku, melainkan..” Lin Lin menjadi raguragu.
“Melainkan apa? Hendak mencari kitab rahasia?”
Lin Lin menganggap putera mahkota ini amat baik orangnya, maka ia pikir
tidak ada salahnya mengaku terus terang, sekalian melihat apa sikap putera
kaisar ini kalau tahu bahwa Suling Emas suka bersembunyi di dalam gedung
perpustakaan istana kalau berada di kota raja.
“Bukan, Pangeran. Sebetulnya, aku hendak mencari Suling Emas yang
kurasa berada di gedung perpustakaan istana.”
Betul saja dugaan Lin Lin, pangeran itu terkejut. Akan tetapi bukan terkejut
mendengar bahwa Suling Emas berada di istana, melainkan terkejut mendengar
bahwa gadis ini mencari tokoh aneh itu.
“Kau mencari.. dia? Ah, kiranya kau seorang gadis petualang dari dunia
kang-ouw” Hemmm, betul juga, kau membawa pedang. Tentu kau lihai sekali,
Nona, kalau kau mengenal Suling Emas. Ya, kiranya tak perlu diragukan lagi.
Kau dapat memasuki istana ini saja sudah menjadi bukti akan kelihaianmu..”
Tiba-tiba terdengar bentakan keras,
“Thiancu, saat kematianmu tiba” tampak sinar menyilaukan mata
menyambar ketika orang berpakaian hitam ini menerjang maju dengan pedang
di tangan, langsung menyerang pangeran mahkota”
“Jangan, takut”
Lin Lin berseru dan sinar kuning bergulung-gulung menyambut pedang
orang itu. Terdengar suara nyaring berkali-kali ketika kedua pedang bertemu
dan orang itu memekik, pedangnya patah menjadi dua bertemu dengan Pedang
Besi Kuning, disusul robohnya orang itu dengan dada tertembus pedang Lin
Lin”
Pangeran itu membungkuk, memungut pedang buntung penyerangnya tadi
sambil berkata perlahan,
“Menjemukan benar..” Ia melangkah keluar dan tangannya bergerak,
buntungan pedang itu meluncur ke dalam taman, lenyap di balik gerombolan
bunga. Terdengar pekik kesakitan di tempat yang gelap itu. Lin Lin terkejut dan
sekali melompat ia sudah sampai di tempat itu. Apa yang dilihatnya? Seorang
7
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
laki-laki berpakaian hitam, agaknya teman penyerang tadi, sudah menggeletak
tewas dengan tenggorokan ditembus buntungan pedang yang disambitkan oleh
pangeran mahkota”
Ketika Lin Lin kembali ke dalam pagoda pangeran itu masih berdiri,
keningnya berkerut.
“Tidak enaknya menjadi keluarga istana,” katanya ketika melihat Lin Lin
kembali, “sejak jaman dahulu sampai kini, selalu terjadi perebutan kekuasaan,
selalu muncul pengkhianat-pengkhianat, muncul pembunuh-pembunuh gelap
macam ini. Uhhh, menjemukan sekali”
“Tapi dengan kepandaian seperti yang kau miliki, tak usah kau takut,
Pangeran. Wah, kiranya kau pun amat lihai, sungguh tak kusangka” Lin Lin
memuji.
Pangeran mahkota memandang tajam.
“Dan kiranya kau adalah gadis yang melakukan pencurian pedang di gedung
pusaka, juga sama sekali tak kusangka”
Lin Lin kaget. Pedang Besi Kuning yang belum ia sarungkan tadi
digenggamnya erat-erat, dan ia menatap wajah pangeran itu penuh selidik.
Pangeran itu tersenyum akan tetapi senyumnya mengandung kepahitan.
“Nona Lin Lin, terus terang saja, pertemuan ini mendatangkan kegembiraan
besar yang belum pernah kurasai selama hidupku. Kau baik sekali, kau bagaikan
bunga mawar hutan yang belum terjamah tangan dan masih segar oleh embun.
Kalau saja kau dapat menjadi sahabatku selamanya. Tapi.. aaah, tak mungkin
itu. Kalau kau berada di sini, tentu kau pun akan menjadi seperti mereka. Karena
itu, lebih baik begini saja, kita asing satu kepada yang lain. Hanya harapanku,
semoga kelak kita akan masih dapat bertemu seperti sekarang ini.”
Lin Lin mendengarkan ucapan yang baginya tidak karuan ini dengan
bingung. Ia tidak mengerti dan ia tidak ingin lebih lama lagi berada di tempat itu
setelah pangeran itu berubah sikapnya. Ia mulai curiga.
“Lin Lin, pertemuan ini menjalin persahabatanmu yang akan sering kali
mengenangmu, aku bebaskan kau. Apakah artinya sebuah pedang dibandingkan
dengan persahabatan sejati? Kuhadiahkan pedang itu kepadamu” Akan tetapi,
sebagai seorang Pangeran Mahkota yang harus menjaga kehormatannya, aku
tidak dapat bertindak lebih jauh dan lebih banyak daripada ini. Kau harus dapat
8
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
keluar sendiri dari lingkungan Istana dengan selamat. Akan tetapi jangan harap
hal itu akan mudah karena kurasa para pengawal istana sekarang sudah tahu
akan kehadiranmu. Nah, selamat malam.”
“Tapi.. tapi.. aku hendak ke gedung perpustakaan. Di mana itu..?”
“Kau tidak takut? Benar-benar besar nyalimu. Gedung perpustakaan berada
di sebelah kiri taman ini, melalul tiga bangunan. Atapnya dari kayu besi
berwarna putih, kau cari saja tentu dapat.”
Lin Lin menyarungkan pedangnya.
“Pangeran, kau seorang yang baik sekali. Sekarang, berubah pendapatku
bahwa semua pangeran adalah jahat belaka model Suma Boan..”
“Kau kenal Suma Boan?”
“Pedangku yang akan mengenalnya, dia musuhku”
Pangeran itu mengangguk-angguk dan memandang dengan termenung
sampai bayangan Lin Lin lenyap di balik paga tembok. Ia lalu menoleh kepada
ikan-ikannya dan berbisik.
“Mudah-mudahan ia selamat”
Pertemuan antara putera mahkota dan Lin Lin tanpa disengaja ini diceritakan
di sini karena hal yang kelihatan remeh inilah yang menjadi sebab mengapa
kelak setelah pangeran ini menjadi kaisar, permusuhan antara pemerintahnya
dan Kerajaan Khitan berhenti dan berubah menjadi persahabatan”
Lin Lin melompati pagar tembok taman itu dan menyelinap ke dalam gelap.
Ia segera mendekam di balik sebatang pohon ketika melihat berkelebatnya dua
bayangan orang.
“Ke mana mereka..?” bisik sesosok bayangan.
“Memasuki taman Putera Mahkota..”
“Ha-ha, mereka mencari penyakit. Kepandaian mereka belum begitu tinggi,
berani mengganggu Thaicu. Mari kita masuk untuk mengambil mayat mereka.”
“Hush, jangan sembrono kau. Kalau belum ada tanda panggilan Thai-cu,
siapa berani masuk taman? Minta mampus? Biar kita menanti di sini saja.”
Lin Lin bergerak menjauhi dua orang pengawal itu. Hatinya kebat-kebit.
Benar kata pangeran, banyak pengawal pandai di sini. Dua orang itu saja sudah
tahu akan adanya dua orang pembunuh itu, dan agaknya mereka sengaja
membiarkan dua orang penjahat memasuki gua harimau” Lin Lin bergerak ke
9
Sumber: http://adf.ly/2Bl5
kiri dan akhirnya ia melihat bangunan atap putih, hatinya berdebar. Apakah
Suling Emas berada di dalam gedung ini? Kelihatannya gedung itu sunyi dan
gelap. Ia mendekat lagi.
“Berhenti” Siapa kau berani mencuri masuk taman Thai-cu dan berkeliaran
di istana? Hayo menyerah”
Lin Lin sudah mendahului orang itu, menerjang dan berhasil mendorongnya
roboh. Orang itu lihai dan cepat sudah melompat bangun. Tadi ia dapat
dirobohkan karena sama sekali tidak mengira akan diserang, apalagi ketika ia
terlongong keheranan melihat bahwa yang ditegurnya adalah seorang gadis
remaja yang cantik dan cara gadis itu menerjang adalah luar biasa dahsyatnya.
Hal ini tidak aneh karena memang Lin Lin tadi menggunakan tenaga Khong-inban-
kin.
“Gadis liar, jangan lari” Pengawal itu membentak dan menubruk. Akan tetapi
cepat seperti seekor burung walet membalik, gadis itu sudah menyelinap ke kiri
dan begitu tangannya bergerak, kembali orang itu roboh, kini robohnya malah
dengan terhempas dan bergulingan. Barulah ia kaget setengah mati. Kakinya
salah urat dan tanpa dapat bangun kembali ia hanya bisa bersuit keras memberi
tanda bahaya.
Lin Lin cepat menjauhkan diri, melompat ke dekat gedung perpustakaan. Ia
tidak ingin melibatkan diri ke dalam pertempuran dengan para pengawal
sebelum ia bertemu dengan Suling Emas, karena memang itulah maksud
kedatangannya. Akan tetapi, tiba-tiba berkelebatan bayangan orang dan di lain
saat ia telah terkepung oleh lima orang pengawal istana yang berpakaian indah
dan gagah, masing-masing memegang sebatang pedang dengan sikap
mengancam. Di pihak para pengawal, mereka sejenak tercengang, sama sekali
tidak pernah menyangka bahwa mereka akan mengurung seorang gadis jelita”
Tentu saja mereka menjadi ragu-ragu karena pengawal-pengawal istana yang
gagah perkasa seperti mereka, masa harus mmgeroyok seorang gadis muda?
Melihat betapa lima orang pengawal itu memegang pedang dan sikap mereka
mengancam, Lin Lin cepat mencabut pedangnya dan sinar kuning berkilau.
Melihat ini, lima orang pengawal itu terkejut.
“Eh, kiranya kau pencuri pedang? Nona cilik, lebih baik kau menyerah saja

daripada kami harus menggunakan kekerasan. Malu kami kalau harus..”

Bersambung..

No comments:

Post a Comment